Suara langkah kaki membuat pria paruh baya itu mengalihkan perhatian dari tablet nya, dengan senyum merekah dia menyambut kedatangan putrinya. Kebanggaan miliknya.
"Papa sudah dengar kabar kamu kembali terpilih memiliki pin golden star. Tiga tahun berturut-turut, bukankah itu sejarah?"
Arhskyla diam menatap ayahnya dengan pandangan penuh arti, "setidaknya aku lebih baik dari putri ayah yang lain."
Dinathama mengernyit tak suka, dia jadi mengingat hal-hal tidak berguna yang dilakukan anak tirinya itu. Hanya menghambur-hamburkan uangnya.
Dia melangkah mendekati putrinya dengan tab di tangan kirinya. "Putri ayah hanya satu di dunia ini, dan itu kamu Arhskyla Dinathami. Selamanya dia hanya akan menjadi anak tiri yang tidak berguna."
"Sungguh hanya aku putri ayah?" Tanya Arhskyla setelah matanya tak sengaja bersitatap dengan orang yang mengintip di balik tembok.
"Hanya kamu. Arhskyla Dinathami satu-satunya putri kebanggaan ayah."
Dinathama mengusap rambut Arhskyla perlahan, dengan senyum teduhnya.
"Bersiap-siaplah jam 7 kamu harus temani ayah ke pesta relasi," putusnya tanpa memperdulikan wajah lelah Arhskyla. Dinathama tidak akan melewatkan kesempatan apapun untuk memamerkan hal yang membuat dirinya bangga pada rekan bisnisnya.
*#*#*#*
Matanya selalu mencuri-curi pandang pada amplop coklat dihadapannya, jari telunjuknya terus mengetuk meja —- kebiasaannya jika sedang berfikir banyak.Cowok itu tidak mau repot-repot menyembunyikan ekspresinya meski sedang di tempat umum, dia terlihat kesal dan bingung secara bersamaan. Hal itu membuat cewek-cewek yang duduk tidak jauh dari mejanya penasaran.
Sejak kedatangannya ke cafe itu ia sudah banyak menyedot perhatian orang, terutama cewek-cewek lajang yang sedang nongki cantik disana.
Cowok tinggi ganteng dengan wajah agak kebarat-baratan duduk sendirian di cafe tanpa gandengan, bukankah itu terasa seperti undangan agar ditemani?
Dan seseorang berani tergoda akan undangan tak kasat mata itu.
Cewek dengan pakaian sedikit terbuka itu akhirnya memberanikan diri mendekati cowok yang tidak lain dan tidak bukan adalah Eltham.
"Ehem," dehemnya begitu sampai di depan meja Eltham.
Eltham mendongkrak dengan kernyitan di dahinya, "siapa?"
Cewek itu mengembangkan senyum percaya dirinya, ia menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga. "Lo sendirian aja?"
"Kelihatannya?" Tanyanya berupa sarkasme, ekspresinya menunjukkan jika merasa terganggu dengan kehadiran cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH ✓
Teen FictionTentang Eltham yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semuanya berawal dari rasa penasaran Eltham pada gadis bermata indah yang menggagalkan percobaan bunuh diri sepupu nya. Memenuhi rasa penasarannya Eltham nekad pindah sekolah, dia memanfaatkan s...