EPOCH ~ 14

201 13 0
                                    

Cowok dengan seragam sekolah tanpa dasi itu berjalan dengan langkah lebar sambil menjingjing tiga box pizza berukuran besar.

Tanpa permisi atau mengetuk pintu terlebih dahulu, Eltham nyelonong masuk ke ruang musik. Hal itu sontak membuat para anggota ekskul musik menghentikan permainannya. Semua perhatian kini tertuju padanya.

"Ada yang mau pizza?" Eltham mengangkat jinjing nya.

Mereka dengan kompak mengalihkan pandangannya pada Arhskyla, sang ketua ekskul musik. Dengan harapan agar Arhskyla memberikan izinnya.

Arhskyla menghela nafasnya, dia menatap malas Eltham yang juga menatapnya, tidak seperti biasanya yang tersenyum tipis, wajah Eltham kini tanpa ekspresi. "Gak boleh ada yang yang makan di dalam ruangan. Gue tunggu, 40 menit lagi semua harus ada disini lagi."

Eltham menyerahkan ketiga box pizza itu pada cowok yang berdiri tak jauh darinya.

"Semuanya buat kita kak?"

Eltham meringis mendengar kata kak dari cowok dengan bet angka sepuluh romawi itu, tak urung ia tetap mengangguk. "Umur kita gak beda jauh, jadi gak usah segala ada embel-embel kak. Panggil nama aja, Eltham."

"Oke. Thanks ya pizza nya. Btw nama gue Sihab." Eltham kembali mengangguk.

Sihab menatap pizza yang kini berada di jinjingannya penuh minat. "Guys pesta!" seru Sihab, teman-teman satu ekskul nya ikut berseru senang. Mereka lalu menyimpan alat musiknya dengan hati-hati.

Semua orang kecuali Eltham dan Arhskyla keluar dari ruangan musik.

Arhskyla menatap Eltham dengan alis menyatu. "Lo gak ikut mereka? Ada perlu sama gue?"

"Enggak dan iya," jawab Eltham. Dia menarik sembarang kursi, lalu memposisikan nya agar berhadapan dengan Arhskyla. Eltham duduk dengan kedua tangan bertumpu pada pahanya. "Gue tadi nge gep cowok yang lagi naro sesuatu ke kolong meja lo."

"Oh."

"Oh doang? Lo gak kepo gitu dia naro apa." Arhskyla menggeleng tanpa minat.

"Dia ngasih lo coklat, plus surat cinta. Gue ingat lo gak suka coklat, jadi coklat itu gue kasih ke sembarang orang," jelasnya tanpa diminta. Eltham merogoh saku celananya, dia menunjukkan kertas yang sudah lecek ke Arhskyla. Kertas itu adalah surat cinta yang dia maksud. "Ini kalau gue buang, gak apa-apa kan?"

"Terserah," jawab Arhskyla datar.

Eltham meremas kertas itu, lalu melemparkannya ke tempat sampah. Jari telunjuknya mengetuk pahanya sendiri. "Entah kenapa gue gak suka kalau ada orang yang berusaha curi perhatian lo." Kedua pasang mata itu saling menatap lurus, tanpa sadar Eltham mulai mengikis jarak keduanya. Ia terus menyelami keindahan netra Arhskyla yang juga terfokus padanya. "Gue sukanya kaya gini."

Arhskyla mendorong pelan bahu Eltham. "Stop, sebelum lo semakin jauh."

Eltham menggenggam tangan Arhskyla yang mendorong bahunya. Dia menggeleng,  "kayanya gak bisa deh, gue udah terlanjur tenggelam soalnya."

Pandangan keduanya masih saling memaku satu sama lain.

Pandangan keduanya masih saling memaku satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EPOCH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang