EPOCH ~ 05

384 19 1
                                    

#####

Arehsky menghempaskan tubuhnya ke ranjang begitu selesai membereskan kamar barunya. Dia memijat pelipisnya sendiri dengan mata tertutup.

Dalam 24 jam terakhir adalah puncak dirinya merasa lelah, muak, marah, dan bingung secara bersamaan dalam hidupnya.

Arehsky tidak bisa membayangkan betapa sakit dan hancurnya sang mama yang mengalami penghianatan sebesar ini setelah lebih dari dua puluh tahun menemani ayahnya.

Arehsky sebagai anak yang tidak dekat dengan Dinathama pun merasa kekecewaan yang mendalam, lalu bagaimana dengan Arista? Perselingkuhan yang dilakukan Dinathama tidak akan pernah bisa ia toleransi sama sekali.

Jika bisa Arehsky lebih memilih orang tuanya bercerai. Dia akan selalu berdoa agar Dinathama hidup dalam bayang-bayang penyesalan, dan selingkuhan nya itu segera menghilang dari muka bumi.

Arehsky menyayangi mama nya lebih dari apapun.


'tok tok tok'

"Gue boleh masuk?" Tanya Arhskyla mengintip.

Arehsky terkekeh geli melihat tingkah adiknya itu. "Aneh banget lo minta izin ke gue, biasanya juga gak tau sopan santun sama kakak sendiri."

Arhskyla mengendikkan bahunya, ia melangkah ke arah Arehsky sambil melepaskan kunciran asalnya. "Pengen aja bikin senang orang gila hormat kek lo."

"Gue gak gila hormat, lo nya aja yang terlalu kurang ajar jadi adek," sanggah Arehsky. Dia melemparkan miniatur bola basket yang berada di nakas samping ranjangnya ke arah pintu hingga tertutup. "Kebiasaan banget gak pernah tutup pintu lagi."

Arhskyla naik ke atas ranjang, ia mendudukkan dirinya di samping kepala Arehsky. 

"Mama lagi ngapain?"

"Tidur."

Arehsky melirik jam dinding yang menunjukkan pukul  empat sore. "Jam segini udah tidur, pasti malemnya bakal susah tidur lagi."

"Mama butuh istirahat Res."

"Iya paham dek. Untung aja besok sabtu, jadi gak masalah gue bergadang nemenin kalau mama susah tidur lagi. Lo udah selesai beres-beres nya?"

"Udah Res." Arhskyla ikut membaringkan dirinya di samping Arehsky.

"Ck, kapan sih lo bakal manggil gue kakak?" Tanyanya kesal, Arehsky memiringkan tubuhnya ke arah Arhskyla.

"Never," jawab Arhskyla enteng.

"Punya adek gini amat ya Allah," cowok itu mengelus dadanya sabar. Matanya langsung melotot begitu mendengar penuturan Arhskyla selanjutnya, "gue jadi kakak lo kalau kita ikut perhitungan Jawa."

"Yang benar aja, kita bukan orang Jawa!"

"Lo lupa kalau kampung halaman mama di Yogyakarta?"

"Lo lupa kalau kita bahkan gak pernah ke Yogyakarta?" Arehsky menimpali dengan nada di mirip-mirip kan Arhskyla.

"Lo menyebalkan tau gak?" Cewek itu mendudukkan dirinya, dengan cepat meraih bantal yang tak jauh darinya, tanpa menunggu lagi Arhskyla memukul wajah Arehsky dengan bantal di genggamannya.

EPOCH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang