EPOCH ~ 15

222 8 0
                                    


"Nek," panggil Eltham, ia mengetuk jari telunjuknya di permukaan meja makan.

"Iya kenapa?" Jasmi tetap menjawab meski tengah sibuk menyusun makanan di kotak tupperware.

Eltham menggeleng, saat sadar jika Jasmi tidak melihat gelengan nya ia berbicara, "gak jadi."

Cowok itu sebenarnya ingin memulai sesi curhatnya pada sang nenek agar bisa menghilangkan hal yang mengganjal di hati dan pikiran nya, tapi Eltham juga merasa kebingungan untuk mulai semuanya dari mana.

Jasmi menutup kotak tupperware hitam yang telah terisi dengan masakannya itu. Perhatian nya kini tertuju pada cucu nya. Jasmi bertanya, "kenapa sayang? Sok ceritain atuh apa yang bikin kamu bingung. Jangan di pendem terus nanti jadi uban loh."

"Eltham bingung mau mulai dari mana." Jasmi mendudukkan dirinya di sebrang meja Eltham.

"Dari awal kebingungan kamu. Nenek masih punya banyak waktu buat dengerin semuanya," kata Jasmi lembut.

Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk permukaan meja. Eltham menarik nafasnya dalam-dalam. "Eltham ngerasa aneh sama diri sendiri. Heran deh masa makin kesini makin baperan. Itu bukan Eltham banget. Mood aku gampang banget naik turun. Eltham ngerasa....."

Setengah jam kemudian.

"Hahaha.... Ya Tuhan, manisnya...." Jasmi kembali tertawa, bangkit dari duduknya mendekati Eltham. Wanita dengan rambut yang sudah memutih itu memeluk cucunya dengan perasaan gembira. "Kamu jatuh cinta sayang... Emm cucu ku normal ternyata."

"Apa?! Nenek pikir Eltham gak normal?!" Tanya Eltham sewot.

Jasmi mengurai pelukannya, ia menangkup wajah cucunya. Dengan sudut bibir berkedut dia balik bertanya, "menurutmu?"

"Y," jawab Eltham jutek, dengan gemas Jasmi mengacak-acak rambutnya. "Nek, elah, kenapa di berantakin si!" Eltham menjauhkan kepalanya dari jangkauan Jasmi.

"Abis nenek gemes sama kamu," kata Jasmi yang kembali memeluk erat kepala Eltham.

"Udah, udah, engap nih." Cowok itu menepuk-nepuk pelan tangan sang nenek yang membelit kepala dan lehernya.

Jasmi mengurai pelukan tanpa melunturkan senyumnya. Jasmi menepuk pundak Eltham seolah cowok itu baru saja melakukan hal yang membanggakan.

"Jadi benar apa yang Eltham rasain itu jatuh cinta?" tanya Eltham memastikan.

Jasmi mengagguk semangat. "Kamu jatuh cinta pada pandangan pertama. Manisnya..."

"Manis apaan, itu artinya Eltham mandang fisik lah. Cintanya gak tulus," dengusnya tak suka.

"Tahu dari mana kalau itu gak tulus?"

"Dari nenek lah, waktu itu nenek pernah cerita kisah nenek sama kakek-- yang Eltham simpulkan kalian jatuh cinta karena terbiasa. Sedangkan Eltham, jatuh cinta pada pandangan pertama-- itu sama aja Eltham gak tulus, aku udah jatuh cinta sama dia bahkan sebelum kenal dia seperti apa. "

"Terserah dari sudut pandang mana kamu lihatnya, yang jelas di mata nenek kisah kamu itu hal yang manis," kata Jasmi final. Wanita itu menepuk pipinya sendiri dengan tatapan menerawang. "Nenek jadi ingin muda lagi."

"Jangan lah, kalau nenek muda lagi nanti Eltham gak ada!" seru Eltham tak terima.

"Kamu mah gitu.... Huh, gak asik!"

"Jadi demi rasa asik nenek rela Eltham gak ada?!" tanya Eltham dengan kepanikan di lebih-lebih kan.

"Y." Giliran Jasmi yang berkata jutek. Wanita tua itu menunjuk bekal yang telah ia susun dengan dagunya, "noh anterin ke Fardan."

EPOCH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang