"Eltham... Ma-mama gue gak bunuh diri.... Ada yang jahat...hiks...re-rekayasa.... Be-benerkan mama gak mungkin ninggalin gue sendiri....hiks.... Kan sayang banget... Me-mereka yang bi-bikin mama ninggalin gue."
Arhskyla melepas pelukannya, dia mengusap kasar wajahnya yang basah. Masih dengan setengah kesadaran dia mengatakan sesuatu yang membuat Eltham pucat pasi.
"Bunuh mereka balik. Eltham Sa-sayang sama Arhskyla kan?"
***
Eltham mengusap wajah damai Arhskyla yang tertidur di ranjangnya.
Setelah mengatakan kalimat yang membuatnya pucat pasi, Arhskyla kembali menangis dalam pelukannya sampai akhirnya tertidur. Tentunya Eltham tidak mungkin membiarkan Arhskyla tertidur di apartemen yang membuatnya trauma, jadi dia membawa Arhskyla ke rumahnya.
Setelah menelaah baik-baik rancauan Arhskyla di apartemen itu, Eltham paham dengan apa yang membuat Arhskyla sehancur itu.
Mama nya, Arhskyla mencurigai jika bunuh diri yang dilakukan mama nya itu tidak benar-benar terjadi. Dalam artian itu adalah pembunuhan berkedok bunuh diri.
Rasa ingin melindungi semakin besar dalam dirinya. Eltham tidak akan membiarkan Arhskyla berada di titik ini sendirian, dia akan selalu bersamanya. Eltham juga tidak akan membiarkan Arhskyla salah jalan karena dendamnya, dia tidak ingin jika Arhskyla ikut hancur akan pembalasan dendamnya.
Eltham kembali menatap wajah Arhskyla dengan mata sedikit sembab habis menangis. Arhskyla belum bangun sama sekali meski telah ia gendong kesana-kemari.
Eltham memutuskan bangkit dari duduknya di tepi ranjangnya. Sepertinya dia harus menyiapkan makan malam untuk Arhskyla jika nanti terbangun.
Dengan hati-hati Eltham menutup pintu.
"Masih tidur?"
Eltham tersentak mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. Di hadapannya ada sang nenek dengan wajah penasaran yang tinggi. Eltham mengangguk, dia menarik sang nenek agar menjauh dari pintu kamarnya.
"Itu cewek yang kamu suka kan?"
"Iya."
"Namanya?"
"Arhskyla."
"Arskyla."
"Arhskyla nek," ulang Eltham mengoreksi.
"Iya Arskyla."
"H nya jangan di ilangin Arh-sky-la, Arh, Arhskyla."
Jasmi mengibaskan tangannya, "iya itu pokoknya. Cantik banget El, tapi kok matanya sembab?"
"Abis aku gebukin."
"Eltham!" Jasmi memukul pundaknya keras.
"Bercanda nek, yakali Eltham sejahat itu," kekeh Eltham sambil mengusap bekas pukulan neneknya.
Jasmi mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah. "Kamu kan memang jahat," dengus Jasmi.
"Gapapa, buah jatuh kan gak jauh dari pohonnya," balas Eltham seraya merangkul pundak neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH ✓
Teen FictionTentang Eltham yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semuanya berawal dari rasa penasaran Eltham pada gadis bermata indah yang menggagalkan percobaan bunuh diri sepupu nya. Memenuhi rasa penasarannya Eltham nekad pindah sekolah, dia memanfaatkan s...