"Elo. Gue suka cewek yang duduk di depan gue. Namanya Arhskyla."
Terjadi keheningan selama beberapa detik, sampai akhirnya Arhskyla mengatakan satu kalimat yang terdengar lebih buruk dari sebuah penolakan. "Gue anggap sekarang lo lagi bercanda."
Eltham mengacak-acak rambutnya sendiri mengingat kejadian dua hari lalu. Mau marah pun gak bisa, apalagi cewek itu bersikap seperti biasa tanpa kecanggungan sama sekali setelah mengucapkan penolakan yang tidak bisa Eltham sebut penolakan juga.
Eltham merebahkan tubuhnya di satu-satunya sofa yang ada di ruang musik. Dia yang bukan anggota ekskul musik, tapi sikapnya seolah pemilik ruangan itu. Eltham memejamkan matanya tanpa memperdulikan tatapan penasaran dari anak-anak ekskul musik akan muka menahan marahnya.
Arhskyla saja bisa bersikap seperti biasa setelah mendengar pengakuannya, tapi kenapa sulit sekali bagi Eltham bersikap biasa setelah mendengar jawaban Arhskyla. Eltham jadi mudah sensi pada orang-orang yang bersikap tidak sesuai keinginannya. Mood nya semakin turun ketika Nayla dengan gencar berusaha mendekatinya. Haruskah Eltham memanfaatkan koneksi nya agar bisa mendepak cewek pengganggu itu?
Lupakan tingkah menyebalkan Nayla. Dia gak penting!
Eltham merubah posisi rebahan terlentang nya jadi miring. Meskipun masih kepikiran, Eltham tetap melakukan hal-hal yang berhubungan dengan Arhskyla seperti biasanya, mengucapkan selamat pagi, makan bareng di kantin, dan menemani setelah pulang sekolah.
Begitu membuka mata, fokus Eltham langsung tertuju pada Arhskyla yang tengah melakukan penilaian pada para anggota. Padahal ekspresinya datar, tapi kenapa Eltham malah merasa aura yang di keluarkan cewek itu lebih mempesona sekarang? Apalagi saat memainkan pulpen ditangannya.
'Duh, cantik banget.' pujinya dalam hati, runtukannya akan perkataan Arhskyla dua hari lalu, selalu hilang entah kemana saat memperhatikan cewek itu. Tapi kekesalan itu akan kembali muncul dengan sendirinya, terutama saat tidak lagi menatap cewek itu.
Menyebalkan bukan?! Masa iya 24/7 ia harus terus menatap Arhskyla agar kekesalannya hilang.
Gila kali ya.
Sudah jelas bukan sekarang Eltham resmi jadi bucin Arhskyla.
*#*#*#*
Andini balik lagi ke kelas karena ponselnya ketinggalan. Langkahnya terhenti di lawang pintu saat melihat seseorang menaruh sesuatu di kolong meja Arhskyla.
"Ngapain lo?" Tanya Andini pada orang itu. Melihat tubuh itu tersentak membuat Andini tersenyum sinis. Dari belakang saja ia sudah tahu siapa cewek berpenampilan cupu itu, siapa lagi kalau bukan Adel. "Budek lo? Di tanya tuh jawab! Apa yang lo taro di kolong Arhskyla?"
Adel membalikan tubuhnya, dia menatap Andini penuh ketakutan. "Bu-bukan apa-apa."
Andini melipat tangannya di dada, dia meringsek maju untuk memeriksanya sendiri. "Minggir," ucapnya yang sebenarnya adalah perintah yang harus di patuhi Adel.
Bagai kerbau yang di cucuk hidungnya, Adel menyingkir dari hadapan Andini. Keringat dingin nya semakin banyak saat Andini mengeluarkan benda yang baru saja ia letakan ke kolong meja Arhskyla.
"Ngapain lo ngasih Arhskyla baju rajut?" Tanya Andini setelah mengeluarkan sebuah baju rajut dari plastik putih yang membungkusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH ✓
Teen FictionTentang Eltham yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semuanya berawal dari rasa penasaran Eltham pada gadis bermata indah yang menggagalkan percobaan bunuh diri sepupu nya. Memenuhi rasa penasarannya Eltham nekad pindah sekolah, dia memanfaatkan s...