EPOCH ~ 41

173 9 0
                                    

Pintu kamar itu dibuka dengan dobrakan yang keras. Satu-satunya orang yang berada di ruangan itu tersentak kaget.

"Mas..." Susan mengembangkan senyumnya, kerinduan yang membuncah membuat nya buta hingga tidak menyadari amarah yang ada dimata suaminya. Wanita itu bangkit dari duduknya dan menghampiri nya.  "Kamu dari mana saja mas?"

Dinathama mengangkat tangannya membuat langkah Susan terhenti.

"Buang semua barang-barangnya seret wanita ini keluar!" Orang-orang yang baru Susan sadari kehadiran nya langsung mengikuti perintah Dinathama.

"Mas ada apa ini!" Pekiknya saat dua orang berbadan kekar dengan kurang ajarnya menyentuh Susan. "Jangan kurang ajar kalian!"

"DIAM KAMU PEMBUNUH!" Murka Dinathama menunjuk tepat di wajah Susan. Wajah Susan seketika pucat mendengar kata pembunuh dari mulut Dinathama.

"Aku Dinathama memberikan talak 3 padamu Susan. Mulai sekarang kita cerai!"

Susan tersentak mendengar talak yang terucap dari mulut Dinathama, kepalanya menggeleng kuat tidak terima. "ENGGAK! Mas kamu gak bisa menceraikan aku segampang itu."

"Bisa! Kalau kamu lupa, akan aku ingatkan jika kita hanya menikah siri."

"Apa salahku mas apa?!" Pekiknya dengan derai air mata.

"Apa kamu tuli? Sudah kubilang jika kamu pembunuh! KAMU YANG MEMBUNUH ARISTA DAN CALON ANAK KU!" Tanpa rasa kasihan sedikitpun Dinathama menjambak rambut Susan kuat. "Andai saja aku tidak ingat Anak-anak ku, sudah ku bunuh kamu!"

"Ma-mas kamu.... A-aku gak__" Susan tergagap, dia tidak pernah mempersiapkan apapun akan terjadinya hal ini.

"DIAM! Aku gak perduli apapun pembelaan kamu! Aku pastikan kamu dan anak kamu akan sama-sama membusuk di penjara! Bawa dia!" Sentaknya, dengan kasar Dinathama melepaskan jambakan nya.

"Enggak mas enggak!" Susan berteriak histeris, dia memberontak seperti orang kesetanan. "Kamu cinta kan sama aku? Kamu gak mungkin tega perlakukan aku seperti ini! Kamu bahkan melepaskan istri dan anak-anak kamu demi aku! JAWAB MAS! KAMU CINTA KAN?!"

Melihat Dinathama mendekati nya, senyum Susan mengembang sempurna, tapi hanya sesaat karena perkataan Dinathama selanjutnya benar-benar melukainya. "Aku tidak pernah mencintai wanita manapun selain Arista dan putriku sendiri, kamu gak lebih dari pelampiasan atas kesalahan pahaman yang terjadi antara aku dan Arista."

Dinathama tidak lagi menggubris teriakan permohonan Susan agar dilepaskan. Wanita itu akan di bawa ke apartemen nya sementara waktu dengan penjagaan ketat orang bayarannya sampai semua bukti-bukti terkumpul untuk persidangan, baru Dinathama akan menyerahkan nya pada pihak berwajib.

*#*#*#*


"Sayang...."

Pemuda yang tengah berdiri ditengah lapangan yang tidak memiliki ujung itu menoleh saat pertama kali mendengar suara mama nya sendiri setelah sekian lamanya.

"Mama?"

Wanita itu dengan gaun putih itu memberikan senyuman meneduhkan pada putranya, dia merentangkan tangannya saat putranya berlari ke arahnya.

"Mama..." ucap sang putra yang telah berada di pelukannya.

Wanita itu terkekeh merdu saat mendengar suara isakan putranya, "Anak mama yang paling ganteng bisa nangis juga ternyata."

"Biarin... Ares kangen mama paket banget, terharu aku." Ares mengurai pelukannya untuk mengusap air matanya sendiri.

"Kangen mama aja nih? Sama Arhskyla kangen gak?"

EPOCH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang