"Lo mau tukeran tempat duduk gak sama gue?" tanya seseorang tiba-tiba.
Cewek yang duduk di pinggir lapangan itu mendongak menatap orang yang bertanya. Dia kembali menunduk saat tahu jika Eltham lah yang bertanya padanya.
Dengan keringat yang hampir membasahi semua bagian kaos olahraga nya, Eltham duduk tak jauh dari Adel dengan kaki diluruskan.
Cowok itu mendengus melihat Adel terlihat ketakutan berada di dekatnya. Dia mengalihkan pandangannya pada Arhskyla yang tengah melakukan servis bola voli. "Gue barusan nanya loh."
"Ke-kenapa?" tanya Adel hati-hati. Sumpah demi apapun Adel takut jika benar-benar pindah tempat duduk, karena berada dekat Arhskyla membuatnya merasa aman dari siksaan fisik para pembully, terutama setelah Arhskyla sendiri yang melaporkan Nayla dan geng nya hingga harus di skors. Meskipun sampai saat ini ia masih mendapat bullyan dari lisan.
Cewek itu langsung menoleh saat mendengar kekehan dari Eltham. Dari samping Adel bisa melihat dengan jelas garis rahang tegas Eltham, dengan mata yang tajam, alis dan rambutnya hitam tebal, hidung mancung, dan bibir berwarna merah alami, Eltham benar-benar tampan, meski wajahnya terlihat sedikit memerah karena habis olahraga, hal itu tidak mengurangi ketampanannya sedikit pun.
Cewek cupu yang hanya memikirkan belajar saja mengakui ketampanannya, apalagi murid biasa lainnya. Mereka mungkin akan tergila-gila padanya jika disuguhi wajah Eltham sedekat ini.
"Selain penakut, ternyata lo juga gak peka sama hal di sekitar lo. Pantes aja jadi target bullying." Perkataan pahit Eltham, berhasil menyadarkan Adel.
Eltham menyunggar rambutnya yang basah karena keringat ke belakang. Cowok itu melebarkan senyumnya saat tak sengaja beradu pandang dengan Arhskyla. Kemudian dia kembali menatap Adel yang menunduk dengan kedua tangan saling meremas. Cewek ini bullyable sejati. "Gue itu suka sama Arhskyla, jadi bawaannya pengen ada di deket dia terus," ujar Eltham yang di akhiri tawa renyahnya. Dia geli pada dirinya sendiri setelah mengatakan hal itu terang-terangan. Jari telunjuknya mulai mengetuk-ngetuk pahanya sendiri setelah tawa itu reda. "Tapi gak jadi deh... Gue aja geli sendiri, apalagi Arhskyla. Okey lupain aja pertanyaan gue sebelum nya."
Tanpa menunggu respon dari Adel, Eltham bangkit dan pergi begitu saja—- menghampiri Ardianta yang baru saja memasuki gedung olahraga sambil membawa dua botol air mineral.
Adel sendiri dibuat melongo akan tingkah Eltham yang labil. Tapi dalam hati ia mendesah lega karena tidak akan duduk jauh dari pelindungnya.
*#*#*#*
Arhskyla telah berada di ruang musik sejak sepuluh menit lalu setelah bel pulang sekolah berbunyi. Dan dia sendirian.
Tanpa sadar kepalanya beberapa kali menoleh ke arah pintu—- seolah tengah menunggu seseorang datang. Arhskyla menggeleng beberapa kali sambil menyandarkan punggungnya di sofa, dia melanjutkan bacaannya.
Beberapa menit berlalu...
"Gila kali ya," gumamnya pada diri sendiri yang tidak bisa fokus pada buku sejarah di genggamannya.
Arhskyla meletakan buku itu di pangkuannya, dia telah sepenuhnya bersandar pada sofa. Matanya menatap langit-langit ruangan itu menerawang.
Kenapa Arhskyla merasa ada yang kurang? Mendadak dia tidak suka sepi saat berada di sekolah. Dengan helaan nafas, dia memejamkan matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH ✓
Teen FictionTentang Eltham yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semuanya berawal dari rasa penasaran Eltham pada gadis bermata indah yang menggagalkan percobaan bunuh diri sepupu nya. Memenuhi rasa penasarannya Eltham nekad pindah sekolah, dia memanfaatkan s...