EPOCH ~ 24

158 11 0
                                    

"Assalamualaikum," ucap Arhskyla setelah meletakkan sepatu dan kaus kakinya di tempatnya.

"Wa'alaikumsalam." Arista menjawab salamnya tanpa menoleh, wanita itu tengah menonton televisi.

Arhskyla mendekati sang mama untuk mencium tangannya.

Cewek itu di buat kaget dengan wajah pucat Arista, dia langsung menangkup wajah pucat itu untuk memeriksa suhu badannya.

"Ma ayo kita ke rumah sakit. Badan mama hangat dan pucat," ujarnya khawatir.

"Gapapa sayang, ini hal yang wajar ko," balas Arista menenangkan.

"Wajar dari mana?! Muka mama pucat banget."

Arista menatap wajah khawatir putrinya dengan pandangan yang penuh arti selama beberapa detik, sebelum akhirnya bibir pucatnya tersenyum sendu, "mama hanya butuh istirahat. Nanti juga bakal baikan ko setelah minum teh chamomile dan tidur sebentar."

"Yaudah kalau begitu aku antar mama ke kamar, setelah itu Arhskyla buatkan teh chamomile."

Melihat anggukan Arista, dia segera merangkul sang mama menuju kamarnya. Setelahnya Arhskyla segera membuat kan secangkir teh chamomile hangat untuk mama nya. Ke khawatiran nya itu sampai-sampai membuatnya lupa menaruh tas terlebih dahulu.

Arhskyla kembali ke kamar mamanya setelah teh itu jadi. Dia segera meletakkan cangkir teh itu di nakas samping ranjang kosong karena mendengar suara muntah-muntah dari kamar mandi.

Arhskyla mengetuk pintu kamar mandi yang berada di kamar mamanya perlahan, "ma... Kita kerumah sakit aja yah. Parah kayanya sampai muntah-muntah gitu."

Tak lama kemudian Arista keluar dari kamar mandi dengan wajah yang masih pucat. "Ini wajar ko, beneran deh setelah minum teh dan istirahat pasti bakalan normal lagi."

Arhskyla menghela nafasnya, lalu merangkul Arista ke arah ranjang. Arhskyla menyusun bantal di kasur senyaman mungkin untuk sandaran duduk Arista yang hendak meminum teh.

Arista tersenyum di tegukan pertamanya. "Enak banget sayang, rasanya pas," pujinya jujur.

"Syukurlah kalau begitu. Tapi kalau besok mama tetap sakit, kita harus ke rumah sakit oke?" Pinta Arhskyla yang masih khawatir.

"Iya sayang."

"Kalau begitu aku mau buang sampah dulu ya ma, udah penuh soalnya."

Arista mengangguk, "sekalian ganti baju ya nak."

"Iya."

Arhskyla melenggang ke kamarnya untuk ganti baju, tak lupa menyimpan tas yang sedari tadi dia gendong. Setelah nya dia ke dapur, melakukan apa yang sebelumnya dia ucapkan.

Arhskyla menarik keluar plastik bungkus tempat sampah beserta isinya. Sebelum membawa sampah itu, dia melapisi kembali tempat sampah dengan plastik hitam baru.

Cewek itu mengernyit jijik saat tangannya tak sengaja menyentuh isi dari sampah di jingjingan nya. Arhskyla mendesah lega karena tangan bukan menyentuh sampah basah, dia hanya menyentuh bungkus berbahan kertas tebal berwarna biru. Tanpa acuh dia kembali melangkah keluar apartemen untuk membuang sampah itu.

*#*#*#*

"Menurut lo si nomor satu bakal berubah ga?"

"Entah lah, gue denger-denger sih, murid baru yang sekelas sama Arhskyla itu cucu nya Mr. Abraham. Gosip nya sih dia pinter banget."

EPOCH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang