EPOCH ~ 19

175 11 0
                                    

Begitu keluar dari taksi yang mengantarkannya sampai ke gerbang sekolah angin berhembus kencang menerpa wajah cantiknya seolah memberikan sambutan.

Suasana sekolah yang cukup ramai, beberapa adik kelas menyapa nya dengan ramah. Dia hanya mengangguk atau sesekali menjawab tanpa ekspresi apapun. Itu semua bukan karena suasana hatinya sedang tidak baik, tapi hatinya memang sudah mati sejak hari itu. Hari dimana senyum, kebahagiaan, tawa dan kehangatan di renggut paksa dari hidupnya.

Tidak apa-apa selagi Arhskyla masih memiliki harapan dan kenangan indah di memori nya ia akan tetap bertahan. Dia masih memiliki Arehsky.  Saudara kembarnya.

Yang perlu dia lakukan saat ini adalah bersabar, bertahan, dan tetap bernafas.

Bersabar menunggu Arehsky sadar dari koma nya.

Bertahan hidup satu atap dengan orang-orang yang membuatnya kehilangan terlalu banyak.

Tetap bernafas meski kadang kala ia ingin mengakhiri semuanya.

Bukan tanpa alasan Arhskyla bisa mendapatkan golden pin star tiga tahun berturut-turut, seperti yang di ketahui semua orang, dia memiliki otak yang bisa di bilang jenius dan bakat dalam bidang musik.

Jika di ibaratkan, Arhskyla memiliki kepribadian setenang air dengan permukaan beku berlapis es, artinya tidak ada yang benar-benar tahu ada apa di balik nya.

Jangan pernah berpikir jika selama ini dia diam saja setelah semua mimpi buruk nyata itu terjadi. Karena sesungguhnya, Arhskyla tidak pernah menyia-nyiakan kecerdasannya.

"Selamat pagi!"

Sapaan tiba-tiba itu tak lagi mengejutkan Arhskyla. Dia melirik sekilas Eltham yang berjalan di sampingnya. "Pagi."

"Gue dapat info, mulai hari ini kartu PTS udah bisa di ambil di TU."

Arhskyla tidak perlu mempertanyakan ucapan Eltham, dia tahu jika cowok itu mendapat kan info dari sumber yang terpercaya. Yaitu pemilik sekolah.

Tanpa menunggu ia menjawab, Eltham telah terlebih dulu menarik tangannya ke ruang tata usaha. Eltham sering bersikap seenaknya, dan selama hal itu tidak merugikan Arhskyla, maka ia memilih mengikutinya.

Setelah mengambil kartu PTS tanpa antrian sama sekali, dua orang itu kembali melangkah beriringan menuju kelas elite.

Eltham merendengkan kartunya dengan milik Arhskyla. "Kita duduk sebelahan."

Arhskyla memandangnya dengan sebelah alis terangkat, hal itu membuat Eltham tersenyum segaris. Dia merasa di curigai. "Gue gak ngelakuin apapun yang ada di pikiran lo. FYI gue paling anti harus berhubungan sama kepala yayasan. Ini murni kebetulan."

"Gue gak ngomong apa-apa padahal," ujar Arhskyla datar.

Cowok itu berdecak kesal. "Lo emang gak ngomong, tapi tatapan mata lo yang ngomong ke gue."

Keduanya mulai menaiki tangga yang lumayan ramai dengan murid-murid lain yang juga baru datang.

"Kaya peramal aja," sanggah Arhskyla sambil menyelipkan poni panjangnya kebelakang telinga.

"Gue itu suka sama lo. Jadinya gue sering memperhatikan lo, dan pelan-pelan gue mulai bisa mengartikan padangan lo."

Arhskyla menghentikan langkah kakinya begitu sampai di lantai kelas elite. Dia menatap Eltham yang juga berhenti melangkah dengan sedikit kernyitan.

"Jangan jadi stalker." Setelah mengatakan kalimat yang sangat menyentil harga diri Eltham, cewek itu kembali melangkah tanpa dosa.

Eltham tampak melongo beberapa saat di tempat, sebelum akhirnya dia mengejar Arhskyla. Sebelum Arhskyla memasuki kelas XII MIPA elite, Eltham lebih dulu mencekal tangannya.

EPOCH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang