Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Arhskyla dan Arehsky masuk ke kamar mama nya. Kedua remaja itu tersenyum melihat Arista tengah duduk bersandar di kepala ranjang."Ma, kita boleh nginep disini kan?" Tanya Arehsky.
"Boleh," jawab nya dengan anggukan kepala. Arista dan menepuk kedua sisi nya ranjangnya yang masih luas. Keduanya langsung membaringkan diri di samping Arista, dengan Arehsky di sebelah kiri dan Arhskyla di sebelah kanannya.
"Kalian udah sholat isya belum?" tanya Adista yang langsung diangguki Arehsky dan Arhskyla.
Kedua tangannya terulur mengusap lembut surai coklat gelap keduanya. Matanya mulai berkaca-kaca saat menyadari sesuatu, "kalian udah gede aja yah, padahal perasaan baru kemarin mama antar kalian masuk TK."
"Mama tetap muda aja padahal kita udah gede." Adista terkekeh mendengar pujian Arehsky.
"Bisa-bisanya mama baper di gombalin kamu."
"Mama memang kelihatan masih muda," kata Arhskyla ikut meyakinkan.
"Iya, iya, mama percaya."
"Ma, ayo boboan Ares pengen peluk mama," pinta Arehsky manja.
"Geli gue dengernya," komentar Arhskyla dengan kening mengernyit.
"Diem lo."
Adista terkekeh, ia memposisikan dirinya berbaring di tengah-tengah keduanya.
Arehsky dan Arhskyla menyambutnya yang ikut berbaring dengan pelukan hangat. "Suka deh kalau kalian lagi manja-manja gini ke mama."
Arehsky mendongkrak ia menatap mamanya dengan dengan sungguh-sungguh, "kalau mama suka Ares dengan senang hati akan selalu manja ke mama selamanya." Ia menunjuk Arhskyla dengan dagunya, "Tapi untuk yang onoh gak yakin deh bakal bisa."
"Bisa kok," lirih Arhskyla, ia menyembunyikan wajahnya di pundak Arista.
"Meragukan," komentar Arehsky.
"Diem lo."
"Aneh rasanya kalau gak ada perdebatan di antara kalian," kata Arista dengan tawa kecilnya.
"Aku gak mungkin berdebat kalau orang yang lahir lebih dulu dari aku gak bersikap kekanak-kanakan," jelas Arhskyla dengan sedikit nada sindiran.
"Ck, apa susahnya sih manggil gue kakak," decaknya tak suka.
"Kalau dalam perhitungan ja__"
"Udah stop gak usah di lanjutin," potong Arehsky cepat, ia menatap saudarinya kesal.
Lagi-lagi perdebatan keduanya membuat Adista untuk tertawa kecil.
Terjadi keheningan setelahnya hingga membuat suasana jadi berubah, sampai akhirnya Arista kembali berbicara dengan mata yang berkaca-kaca, "tetap jadi anak mama ya. Mama gak akan sanggup lagi kalau sampai kehilangan kalian."
Suara Arista terdengar bergetar membuat keduanya mengeratkan pelukannya, mereka mengangguk dengan kompak. "Kita pasti bisa lewatin semuanya. Aku, mama, dan Ares kita pasti bisa bahagia lagi. Pasti."
Perkataan Arhskyla seolah menjadi pendobrak hingga air matanya luruh tidak bisa lagi ia bendung. "Maafin mama ya."
"Enggak, mama gak seharusnya minta maaf. Yang ada kita harus berterima kasih..... Berterima kasih karena mama adalah ibu terhebat di dunia ini." Arhskyla mengangguk setuju, ia bahkan tidak sadar sejak kapan mulai menangis hingga air matanya membasahi pundak Arista.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH ✓
Roman pour AdolescentsTentang Eltham yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semuanya berawal dari rasa penasaran Eltham pada gadis bermata indah yang menggagalkan percobaan bunuh diri sepupu nya. Memenuhi rasa penasarannya Eltham nekad pindah sekolah, dia memanfaatkan s...