Keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing. Eltham dan Arhskyla kembali berduaan di kamarnya setelah setelah sang nenek, pelayan, juga perawat yang mengganti infusnya keluar dari kamar itu.
Arhskyla melirik jam di pergelangan tangannya, kurang lebih sudah tiga puluh menit berlalu setelah Eltham makan. Sesuai dengan apa yang nenek Jasmi katakan sebelumnya, jika sudah tiga puluh menit berlalu Eltham harus meminum obatnya.
Cewek itu lalu beranjak dari duduknya, dia mengelilingi ranjang untuk mengambil plastik obat yang berada di atas nakas yang sama dengan teko dan gelas minum Eltham.
"Waktu nya minum obat," ucap Arhskyla sambil menyodorkan plastik obat-obatan pada Eltham, tidak lupa dia menuangkan segelas air putih.
"Apa ini juga termasuk timbal balik?" Tanya Eltham setelah meminum obatnya dan meletakan kembali gelas kosong ke nakas, dia memang tidak bisa memendam lama apa yang ada di pikirannya. Cowok itu menatap jari telunjuknya yang terus mengetuk-ngetuk lututnya yang terlipat. "Jangan gini, nanti gue salah paham lagi, salah mengartikan lagi perlakuan lo ke gue."
Eltham menatap Arhskyla yang masih berdiri di sampingnya tanpa mengatakan apapun. "Tau gak saat lo udah mulai bersikap welcome ke gue, sumpah saat itu gue seneng banget. Tapi setelah dengar kata timbal balik keluar dari mulut lo, rasanya nyesek," ungkap nya tanpa memalingkan wajahnya.
"Gue gak akan lagi minta buat lo balas perasaan. It's okey gue anggap itu sebagai konsekwensi karena gue gak bisa cegah hati gue buat jatuh ke orang yang selalu masang tembok kokoh ke siapa pun..." Eltham menjeda perkataannya dengan membuang nafas perlahan, Arhskyla masih menatapnya datar. "Tapi gue minta satu hal sebagai gantinya, jangan minta gue berhenti buat tetap miliki perasaan ini." Eltham meringis sendiri dengan apa yang baru saja dia ucapkan.
Arhskyla menolehkan kepalanya pada jendela kamar Eltham yang terbuka—- menampilkan langit sore yang terlihat cerah. Masih dengan ekspresi datar dia berkata, "kalau begitu jangan berhenti."
"Enggak akan," Eltham menjawab dengan senyum simpul nya. "Btw lo kesini naik apa?"
"Taksi online." Arhskyla memutari ranjang, dia duduk di pinggir ranjang lalu meneguk beberapa kali air perasan jeruk.
Setelah meletakkan kembali gelasnya, Arhskyla meraih piring yang berisi banyak kue kering dan kukus. Dia menempatkan dirinya di samping Eltham dengan piring cemilan di pangkuannya.
"Gue makan ya." Eltham mengagguk dengan senyum lebarnya.
Sambil mengunyah kue bakpia, Arhskyla menatap lekat punggung tangannya yang terinfus. Mendapati hal itu membuat Eltham menarik tangannya, jujur Eltham tidak nyaman mendapat pandangan seperti itu, dia tidak ingin terlihat lemah dimata Arhskyla, atau siapapun. "Lusa juga pasti sembuh ko."
"Iya," balasnya setelah menelan kunyahan nya.
"Beneran, gue pasti kembali sehat wal'afiat sebelum pensi."
"Iya Eltham."
"Nanti lo bakal nampilin apa?" Eltham menyamankan dirinya dengan berbaring.
"Seperti biasa."
"Musik klasik?" tebak Eltham yang mendapat gelengan samar.
"Main piano sambil nyanyi."
"Nanti gue bakal nonton di barisan paling depan sambil bawa handycam."
Arhskyla mengangguk sambil lanjut memakan bolu kukus, dia mengambil gigitan besar di suapan pertama pada bolu kukusnya.
"Nanti jangan sombong yah, kalau gue manggil harus nengok."
"Hm."
"Enak?"
"Enak," jawab Arhskyla setelah menelan kunyahan nya.
"Jangan bohong, cewek biasanya kalau makan makanan enak suka goyang goyang. Sedangkan lo masih lempeng-lempeng aja." Eltham terkekeh dengan rasa kantuk yang mulai menyerang.
Arhskyla mengendikkan bahunya sebagai jawaban, dia tetap melanjutkan makan kue-kue suguhan nenek Jasmi.
"Sekarang lo gak lagi negur gue karena ngajak ngobrol saat makan."
"Gue lagi ngemil bukan makan," kilah Arhskyla. Eltham yang hampir terlelap kembali terkekeh mendengarnya.
"Meski ini sebatas timbal balik, gue tetap senang. Gue selalu senang kalau sama lo."
Arhskyla menghentikan tangannya yang hendak kembali menyuapkan kue, pandang nya tertuju pada nakas di sebelah kirinya yang terdapat gelas es jeruknya. Sedikit rasa tidak nyaman saat Eltham kembali membahas hal itu untuk kedua kalinya.
"Maaf ninggalin lo gitu aja waktu itu.... Itu bakal jadi yang pertama.... Dan terakhir." Selanjutnya mata Eltham terpejam sepenuhnya, dia tertidur karena efek dari obat yang telah di minumnya.
Arhskyla tidak lagi memalingkan wajahnya, cewek itu kini menatap Eltham yang sudah terlelap. Wajahnya terlihat tenang dan damai meski bibirnya masih pucat, senyum tipis tersinggung di kedua sudut bibir Arhskyla. "Gak apa-apa karena saat itu adalah hal yang gue inginkan, sekarang gue sadar, gue juga mau lo Eltham."
Arhskyla lalu bangkit dari duduknya, dia terkekeh lirih karena tidak mendapatkan jawaban dari Eltham, tentu saja karena cowok itu telah memasuki alam mimpi.
*#*#*#*
"Ini kesempatan terakhir lo untuk bisa mempermalukan Arhskyla dihadapan semua orang Nay," ucap cewek berambut keriting itu meyakinkan.
Nayla menatap satu-satunya orang yang masih mau berteman dengannya meski secara diam-diam itu dengan pandangan ragu.
"Nayla, lo harus percaya sama gue. Gue sebagai sahabat lo gak terima dengan fitnah yang Arhskyla buat sama lo! di pensi nanti kita harus balas Arhskyla dengan mempermalukan dia balik." Nayla masih menunjukkan ekspresi tidak yakin nya, hal itu tidak membuat Ratna menyerah. Cewek berambut keriting itu menggenggam tangan Nayla erat. "Gue aja langsung percaya sama lo kalau orang yang naro kertas contekan di meja lo itu Arhskyla. Percaya sama gue, rencana ini gak mungkin gagal."
Nayla menggigit bibir bawahnya, meski masih ragu akhirnya dia mengangguk juga.
"Rencana ini pasti berhasil karena gue dapat tugas sebagai seksi makanan."
"Iya gue percaya sama lo."
Ratna tersenyum senang, dia lalu mengeluarkan ponselnya dari Sling bag nya. Senyumnya luntur melihat ponselnya mati, "yah HP gue mati. Boleh pinjem HP lo? Sekarang kita harus beli obat itu."
"Emang gak ada di apotik sekitar sini?"
Ratna menggeleng, "gak ada karena itu obat yang lumayan langka, kita harus beli lewat online shop."
Nayla lalu menyodorkan ponselnya pada Ratna, "yaudah pake HP gue dulu aja, tapi kirimnya ke rumah lo."
"Sip," Ratna menerima ponsel Nayla dengan semangat.
"Password nya 255223."
Setelah itu Ratna mulai mengotak-atik ponsel nya. Sedangkan Nayla kembali melanjutkan makannya dengan pikiran melayang membayangkan keberhasilan rencananya dengan Ratna.
Nayla berjanji akan membelikan hadiah mewah untuk Ratna jika rencana mereka kali ini berhasil. Meskipun dia tidak lagi tinggal di rumah mewah, mama nya yang ringan tangan itu masih rajin mengirimkan transfer uang jajan padanya.
"Btw sekarang lo tinggal dimana? Lo bilang di chat udah gak tinggal serumah lagi sama Arhskyla," tanya Ratna tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel Nayla.
"Gue sekarang tinggal sendiri di apartemen sherloka."
"Wih, enak dong bisa bebas."
"Tentu," ucapanya dengan bangga mendengar nada iri Ratna. "Kapan-kapan lo main deh ke apartemen gue."
"Lantai berapa?"
"Lantai lima nomor 46."
"Sherloka lantai lima nomor 46."
"Nanti gue bakal main kesana, pasti." Ratna menyinggung kan senyumnya, cewek itu kembali memainkan ponsel Nayla.
#####

KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH ✓
Teen FictionTentang Eltham yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semuanya berawal dari rasa penasaran Eltham pada gadis bermata indah yang menggagalkan percobaan bunuh diri sepupu nya. Memenuhi rasa penasarannya Eltham nekad pindah sekolah, dia memanfaatkan s...