EPOCH ~ 03

395 19 0
                                    

Eltham mendengus kesal akan dirinya sendiri yang mendadak gugup tanpa alasan yang jelas. Masa sih dia gugup hanya karena akan bertemu gadis di kelas elite itu? Enggak mungkin. Eltham kan hanya akan berhadapan dengan manusia, bukan malaikat pencabut nyawa.

Sekarang ia jadi bertanya-tanya, kemana sosok Eltham yang penuh percaya diri dan selalu menang itu?! Oke, hentikan. Dibandingkan harus bertanya-tanya lebih baik ia mencoba menenangkan diri.

Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Eltham menghentikan langkahnya sesaat didepan kaca jendela yang tidak tembus pandang. Pemuda itu menyunggar rambutnya untuk memperbaiki penampilan yang sebelumnya terlalu formal.

 Pemuda itu menyunggar rambutnya untuk memperbaiki penampilan yang sebelumnya terlalu formal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah merasa lebih ganteng dari sebelumnya, cowok itu mulai tenang dan kembali melangkah. Dia bahkan tidak memperdulikan tatapan heran dari guru yang mengantarkannya menuju kelas elite. Eltham yang penuh kepercayaan diri telah kembali.

Langkah mereka terhenti di depan kelas dengan pintu berukiran kata elite dengan aksara sambung. Pria paruh baya yang merupakan wali kelas elite itu mengetuk pintu kelas yang terdengar cukup ramai dari luar.

Keduanya masuk, suasana kelas mendadak hening.

"Selamat pagi."

"Pagi." Jawab mereka serempak.

"Kalian kedatangan saingan baru, utama pertama kalinya ada perubahan dari kelas ini sebelum pertengahan semester. Jangan merasa tidak adil karena dia cukup layak untuk menyingkirkan salah satu di antara kalian...."

Eltham tidak memperdulikan basa-basi wali kelasnya karena sejak ia memasuki kelas matanya langsung tertuju pada gadis dengan mata coklat indah itu, orang yang menjadi alasannya berbuat nekat pindah ke sekolah ini. Arhskyla Dinathami.

Gadis yang kini menatapnya datar. Tatapan datar penuh rahasia yang membuat penasaran setengah mati.

Benarkah itu hanya penasaran semata?

Eltham mengalihkan pandangannya pada semua orang di kelas ini, tidak ada satupun orang yang ia kenali selain Arhskyla.

Alisnya menyatu saat menyadari jika Pak Haerudin belum juga mempersilahkan dia memperkenalkan diri. Pria tua yang banyak bicara.

"Baiklah Bapak harap kalian semua paham. Silahkan perkenalkan diri kamu..."

"Nama gue Eltham Anggara Nadraja. Kalian bisa panggil gue Eltham."

"Baiklah Eltham, sekarang kamu boleh duduk di kursi belakang yang kosong."

Eltham menatap wali kelasnya dengan alis terangkat satu. "Boleh saya duduk disana?" Tangannya menunjuk ke kursi kosong samping Arhskyla.

"Tidak, kursi ini sudah ada yang punya."

Bukan Haerudin yang menjawab, melainkan Arhskyla. Tanpa menjawab Eltham menurut duduk di kursi belakang, entah kenapa otaknya memerintah agar dia tidak bersikap semaunya kali ini.

EPOCH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang