EPOCH ~ 26

166 11 0
                                    

Keduanya bersikap seperti biasa setelah keluar dari photo booth itu. Mereka sama-sama jago dalam pengendalian diri.

Eltham menarik tangan Arhskyla ke arah apotik, dia hampir saja melupakan titipan sang nenek untuk membeli persediaan dari kotak P3K yang berada di rumahnya.

Saat Eltham sibuk memilih obat merah, alkohol, salep, dan lain sebagainya, Arhskyla memilih mengamati obat-obatan yang terpajang. Pikirannya melayang pada momen dimana dia dan Arehsky masih duduk di bangku kelas satu sekolah dasar.

Saat guru menanyakan apa cita-cita nya, Arhskyla dan kembarannya kompak menjawab dokter. Dimata mereka saat itu dokter adalah profesi yang selevel dengan super hero, karena dulu saat berlibur mama nya pernah hampir tenggelam di laut dan berhasil di selamat kan oleh sahabat papa nya yang berprofesi sebagai dokter.

Arhskyla menghentikan pikiran mengelananya saat melihat sesuatu yang terasa familiar dimata nya, sebelum berpikir terlalu jauh Eltham telah terlebih dahulu mengintrufsi nya. Cowok itu telah mendapatkan semua yang dia perlu.

"Suka makanan Jepang gak?" tanya Eltham setelah keluar dari area apotik. Cowok itu meraih tangan Arhskyla untuk ia genggam, dalam hati dia bersorak senang karena cewek itu tidak lagi berusaha menari tangannya seolah telah terbiasa dengan semua perlakuannya.

"Suka."

"Sip, kata nenek gue ada restoran Jepang yang baru buka disini." Arhskyla mengangguk sebagai respon.

Dua orang yang sama-sama mengenakan celana jeans pucat itu melangkah dengan santai, menuju eskalator turun. Serasi, itu lah kata pertama yang ada di pikiran orang-orang yang berpapasan dengan mereka.

"Lebih suka sushi apa ramen?" tanya Eltham setelah sampai di lantai dasar.

"Ramen."

"Abis makan kita nonton."

Itu pernyataan bukan pertanyaan. Arhskyla memutar bola matanya, dia melirik Eltham kesal mengingat jika bioskop berada di lantai enam dan mereka sudah berada di lantai dasar.

"Abis makan naik lagi?" tanya Arhskyla dingin.

Eltham mengangguk ringan seolah itu bukanlah hal yang salah. "Hm, naik lift biar gak kilikiben."

"Pasti antri,"dengus Arhskyla.

"Lebih baik antri daripada terancam perut jadi kilikiben."

"Yang lebih baik itu langsung pulang," gerutunya yang terdengar jelas di telinga Eltham.

Cowok itu menghentikan langkahnya, untuk menyalurkan rasa gemasnya Eltham menyunggar rambut Arhskyla kebelakang dengan tangan yang sebelumnya menggenggam Arhskyla.

"Bisa-bisanya gue gemes sama gerutuan lo," ucap Eltham di akhiri tawa ringannya. Tawanya tidak berhenti meski pandangan Arhskyla yang seperti mengatakan 'dia butuh dokter'. Selain jarang berekspresi, cewek ini juga memiliki selera humor yang berbanding terbalik dengan Eltham yang mudah tertawa.

Dengan sigap Eltham menarik Arhskyla menjauh saat ada cewek yang setengah berlari dengan kepala menunduk ke arah mereka. Tabrakan itu berhasil mereka hindari tapi tidak dengan orang yang di depannya.

Cewek yang berjalan tergesa-gesa itu menabrak bapak-bapak bertubuh tinggi besar hingga tubuh kurusnya terpental kebelakang. Barang-barang di plastik yang sebelumnya ada dipelukkannya ikut tercecer kemana mana.

Saat orang-orang sibuk memperhatikan cewek yang kini di marahi bapak-bapak itu, pandangan Arhskyla malah terpaku pada benda yang tak jauh dari kakinya.

EPOCH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang