"Kita kan naik taksi, kok lo malah bawa helm?" Tanya Arhskyla heran melihat Arehsky keluar dari kamarnya sambil menenteng helm.
"Kalian duluan aja, aku nanti nyusul naik motor soalnya mau anterin flashdisk dulu ke Zaki," ujar Arehsky pada mama dan kembarannya.
Arhskyla mengernyit tak suka. "Bareng, ngapain segala pisah, ngembaliin flashdisk nya nanti aja lah setelah persidangan."
"Gak bisa, di flashdisk ini ada laporan abangnya Zaki yang harus bimbingan siang nanti," jelas Arehsky sebenarnya.
"Ck, kirim aja lah file nya lewat email tanpa harus repot-repot anterin tuh flashdisk."
"Mb file nya gede, kalau ngirim lewat email takutnya kepotong-potong laporannya," sanggah Arehsky kalem. Dia juga sebenarnya tidak ingin mengantar kan flashdisk itu sekarang, tapi mau bagaimana lagi, salahnya sendiri karena menunda-nunda waktu untuk mengembalikan flashdisk itu.
"Res__"
"Sayang..." Arista menggenggam tangan Arhskyla yang hendak kembali mendebat Arehsky. Dia berkata dengan lembut, "udah gapapa, selama Ares gak telat kan sama aja."
Meski perasaan nya tak nyaman, Arhskyla akhirnya mengangguk menyetujui. "Yaudah kalau gitu kita duluan, lo jangan sampai telat karena bakal jadi saksi supaya semuanya selesai dalam satu kali sidang," kata Arhskyla mengingatkan.
"Oke janji deh gak bakal telat." Arehsky menatap kedua perempuan yang sangat ia sayangi itu dengan yakin. "Hati-hati di jalan. Kalau udah sampai pasti gue WA."
Arhskyla mengangguk, dia menyingkirkan jauh-jauh perasaan tidak nyamannya. Dia sudah yakin Arehsky akan menepati ucapannya.
Namun, sampai persidangan perceraian kedua orang tuanya selesai, Arehsky tidak juga muncul.
Menghilang nya Arehsky di hari itu menjadi pembuka dari semua mimpi buruknya. Mimpi buruk yang bahkan tidak pernah Arhskyla bayangkan sekali pun.
*#*#*#*
Kemacetan di jalan membuatnya sampai ke sekolah mepet dengan bel jam pelajaran pertama dimulai. Arhskyla, cewek dengan golden pin star di bagian lengan kanan seragamnya itu mempercepat langkahnya.
"Selamat pagi!" Arhskyla tersentak tiba-tiba Eltham muncul di hadapannya saat hendak berbelok ke arah koridor kelas elite. Arhskyla memejamkan matanya guna memendam makian yang hendak keluar dari mulutnya.
"Arhskyla selamat pagi," ulang Eltham karena tidak mendapat jawaban. Cewek itu menjawabnya hanya dengan bergumam, tanpa mau repot-repot membuka mulutnya sedikit pun.
Arhskyla menyingkir—- melewati Eltham yang menghalangi jalannya. Tidak seperti sebelumnya ia kini melangkah dengan tenang.
Eltham menyamakan langkahnya dengan Arhskyla. "Gue pikir lo gak masuk."
"As you see," jawabnya datar.
"Hm, I see. Pasti alasannya kejebak macet," tebak Eltham.
Arhskyla mengangguk membenarkan. Saat hendak membuka pintu kelas, tiba-tiba Eltham menahan pergelangan tangannya. Cowok itu menyelip kan sesuatu pada genggamannya tangannya.
Dengan senyum khasnya Eltham mengusap puncak kepala Arhskyla. Cowok itu lalu mendahului nya memasuki kelas. Arhskyla menatap permen yang Eltham berikan padanya. Tak ingin ambil pusing memikirkan maksud dari Eltham memberikan hal itu, Arhskyla mengantongi permen itu ke saku rok nya.
Arhskyla melangkah memasuki kelas, rata-rata teman sekelasnya tengah sibuk menghapal dan mempelajari rumus-rumus matematika, karena hari ini ada ulangan harian di pelajaran itu. Termasuk Andini, jika biasanya ia menyempatkan diri untuk menyapa Arhskyla, sekarang cewek itu terlihat sangat fokus pada catatannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH ✓
Ficção AdolescenteTentang Eltham yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semuanya berawal dari rasa penasaran Eltham pada gadis bermata indah yang menggagalkan percobaan bunuh diri sepupu nya. Memenuhi rasa penasarannya Eltham nekad pindah sekolah, dia memanfaatkan s...