EPOCH ~ 28

151 11 0
                                    

#####

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#####

Arhskyla memperhatikan Dinathama yang menuruni anak tangga terburu-buru sambil menenteng tas kerjanya.

"Semalam kamu tidur dimana?" tanya Dinathama begitu sampai di anak tangga terakhir.

"Rumah sakit."

Dinathama mengagguk, seperti biasa dia mengusap puncak putrinya. "Dua hari kedepan papa gak akan pulang ke rumah, ada hal__"

"Iya pa," potong Arhskyla sebelum Dinathama menyelesaikan kalimatnya. "Arhskyla paham." Lebih tepatnya gak perduli, batinnya melanjutkan.

Tanpa mempedulikan keterkejutan di wajah Dinathama, Arhskyla melenggang begitu saja--menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Sebelum memasuki kamarnya dia berhenti sejenak. Arhskyla menatap pintu kamar Arehsky dengan intens, setelah beberapa saat terdiam dia akhirnya memasuki kamarnya. Cewek itu menyandarkan punggungnya pada pintu kamarnya yang telah ia kunci, dengan mata terpejam dia meremas puncak kepalanya sendiri.

"Sampai kapan?"

*#*#*#*

"Selamat pagi!" Sapa Eltham seperti biasa begitu Arhskyla memasuki gerbang sekolah.

"Pagi."

Eltham menyatukan alisnya, "Kok jawab nya jadi satu kata lagi."

"Selamat pagi." Arhskyla meralat ucapanya

Cowok itu tersenyum. Akhir-akhir ini Arhskyla seperti kerbau yang dicucuk hidungnya-- ralat, Arhskyla terlalu indah jika diumpamakan dengan kerbau! Arhskyla seperti bidadari yang selendangnya-- terdengar hiperbola, intinya akhir-akhir ini Arhskyla selalu mengiyakan apapun keinginan tersurat maupun tersirat Eltham. Kecuali satu, Eltham belum mendapat balasan dari ungkapan perasaannya.

Sikap Arhskyla setelah kejadian mencontek itu seperti warna abu-abu, tidak putih, tidak juga hitam. Dalam artian tidak menolak, tidak juga menerima.

"Tumben gak banyak ngomong."

Suatu hal langka Arhskyla berinisiatif memulai pembicaraan. Dengan cengiran lesung pipi nya Eltham menjawab, "gue lagi merenung kira-kira kapan ya perasaan gue bakal terbalas?"

Arhskyla menghela nafasnya, bukan sekali dua kali dia berhadapan dengan sikap Eltham yang terlalu blak-blakan tentang perasaannya, tapi tetap saja Arhskyla sering merasa malu sendiri mendengar nya.

"Kapan-kapan," jawabnya asal.

"Ya Allah, gini toh rasanya di gantungin." Eltham mengelus dadanya sabar.

"Mungkin karma."

"Gak mungkin, gue kan orangnya selalu jujur, gak pernah bersikap abu-abu kaya lo," jawab Eltham, kepalanya menunduk melihat langkah kakinya dan Arhskyla yang se irama.

EPOCH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang