Hampir setiap hari, Algian dan Sam pulang bersama. Kedua pemuda yang memiliki tinggi berbeda itu selalu mengambil jalan pulang ke pasar belakang sekolah yang sudah tidak terpakai.
Meskipun pasar ini sudah tidak terpakai, dan banyak kios-kios yang sudah tutup terbengkalai, tetapi jalanan di sekitar sini masih cukup bagus. Jalanannya juga mulus sehingga memudahkan Algian untuk menaiki skakteboard miliknya.
Memang hari ini dia membawa skateboard kesayangannya. Tetapi meskipun begitu, benda tersebut sempat dititipkan di warung langganannya yang ada di depan sekolah. Ketika pulang, Algian mengambilnya dan menaikinya seperti sekarang.
"Gimana? Omongan gue udah sampe ke anak-anak?" Tanya Algian yang memelankan laju skateboard-nya.
Sam mensejajarkan langkahnya dengan Algian yang menaiki papan seluncur itu. "Udah. Tapi, tadi mereka keliatan keberatan. Untuk saat ini bakal gue pantau." Lapornya.
Algian menganggukkan kepalanya. "Kalau ada apa-apa bilang ke gue." Katanya.
Kali ini kepala Sam yang mengangguk. Lalu tiba-tiba saja Sam menghentikan langkahnya, membuat Algian pun menghentikan laju papan seluncurnya. Dia menoleh untuk melihat Sam yang sedang menatap sebuah gang kecil yang ada di sana.
"Ada apa?" Tanya Algian.
"Ada kucing." Jawab Sam dengan tampang polosnya. "Lo duluan aja. Gue mau ngasih makan mereka dulu."
Algian terkekeh, "ya udah."
Akhirnya Algian melanjutkan perjalanannya, dia meninggalkan Sam di sana sendirian. Pemuda bermata runcing tajam itu menikmati angin sore yang membelai halus wajah tampannya. Dia merasa tenang, karena tempat yang saat ini di lewatinya benar-benar hening.
Namun tak berselang lama, ketenangan Algian terusik kala dia mendengar suara seseorang dari kejauhan. Pemuda itu pun memilih untuk menghentikan laju skateboard-nya dan mengambil benda tersebut lalu menentengnya.
Dia berjalan mendekat ke arah sumber suara, dan sebuah percakapan pun mulai terdengar.
"Wih... ada cewek cantik nyasar, nih!"
"Minggir, gue lagi males ngeladenin manusia kayak lo."
"Eh, eh... santai, santai. Jangan galak-galak, nanti cantiknya hilang, loh,"
"Bacot."
Suara tawa seorang pemuda mengudara, "menarik, nih."
Algian berhenti melangkah, dia mulai melihat seorang gadis yang memakai baju olahraga sambil menenteng sebuah botol kaca berisi ikan cupang sedang dikerubungi oleh beberapa pemuda yang tidak dia kenal.
Logo sekolah yang tertempel di seragam mereka sangat berbeda dengan logo yang Algian pakai. Hal itu menyatakan jika mereka pasti dari sekolah lain.
"Ikan cupangnya lucu, buat gue aja boleh enggak?" Tanya seorang pemuda yang rambutnya diikat satu karena gondrong.
"Kalau mau, ya, beli. Enggak modal amat malak punya orang!" Ketus gadis yang memakai baju olahraga SMA Yudistra itu.
Algian tidak bisa melihat wajahnya karena gadis yang rambut panjangnya terurai itu membelakanginya.
"Minggir! Kalian budek apa gimana, sih? Gue mau lewat!" Seru gadis itu lagi terdengar ngegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...