Mading SMA Yudistra yang biasanya tidak di tempeli apa-apa dan jarang menarik perhatian para murid, kali ini benar-benar dipenuhi oleh mereka. Banyak siswa dan juga siswi yang berdesakan untuk melihat selembar kertas yang sudah tertempel di sana sejak pagi.
Lanta sendiri sudah melihat mading itu sejak dia datang ke sekolah, dia cukup terkejut melihat kertas pengumuman yang berisi tentang perekrutan osis itu sudah tertempel pagi-pagi sekali.
Kertas itu di ketik oleh seseorang, dan ketikannya sangat rapih serta cukup menarik perhatian karena di desain dengan sangat bagus. Font yang sesuai serta gambar yang cukup berwarna juga benar-benar membuat orang-orang penasaran dengan isi dari tulisan di kertas itu.
Sebenarnya isinya hanya menyatakan jika osis akan di adakan kembali, oleh karena itu, yang dulu sempat masuk osis di harap ikut berkumpul di aula saat jam istirahat.
Tentu saja pengumuman di mading itu membuat heboh satu sekolah. Mereka kembali membahas masa lalu osis dan bertanya-tanya mengapa osis di adakan kembali.
Saat ini, hal itu menjadi trending topic di sekolah.
Lanta berdiri di dekat mading, sebenarnya dia hendak lewat, tetapi di sana cukup ramai. Sehingga Lanta memilih untuk menunggu beberapa saat. Namun tak lama kemudian, Lanta tidak sengaja melihat seorang pemuda berbadan tinggi dan berambut gondrong yang menerobos masuk ke dalam kerumunan, dia menabrak para siswa dan juga siswi dengan tidak sabaran.
Lanta mengenalnya, pemuda itu adalah kakak kelasnya dan orang itu menjadi salah-satu siswa yang patut Lanta hindari. Dia adalah Gentar, kakak kelas yang sempat berkuasa dan sering menindas yang lemah.
Terlihat Gentar membaca kertas itu dengan amarah yang tertahan, kemudian pemuda itu menarik kertas di papan mading tersebut, merobeknya dengan emosi lalu membuangnya begitu saja.
Secara cepat kerumunan mulai berhamburan, mereka terlihat takut karena kehadiran Gentar dan perbuatannya yang merobek pengumumannitu. Kini Gentar pun pergi dari sana dengan amarah yang tertahan, dia sempat melewati Lanta, namun Lanta membalikan badan, berpura-pura tidak melihatnya.
Setelah Gentar pergi jauh, Lanta pun berbalik lagi. Dia menatap robekan kertas di lantai yang berhamburan karena tertiup angin.
Kini pengumuman yang menarik itu sudah tidak ada lagi. Kerumunan pun sudah menghilang. Akhirnya Lanta pun berjalan pergi, dia berniat untuk pergi menuju aula karena sebentar lagi, pertemuan itu akan di adakan.
•••
Dulu saat Anis menjadi ketua, di angkatan Lanta ada banyak yang mendaftar menjadi osis. Namun sekarang jumlahnya sangat berkurang. Yang kembali ingin menjadi osis lagi hanya ada sebagian saja.
Saat sudah sampai di aula, Lanta dan Abiana bertugas untuk mendata mereka yang kembali mendaftar menjadi osis. Dan jumlahnya sangat sedikit sekali. Bahkan di daftar hanya diisi oleh orang-orang yang disebutkan Algian berada di kelompoknya.
Di dalam aula saat ini diisi oleh empat belas orang. Sebelas orang dari kelas sebelas dan tiga orang dari kelas sepuluh.
Lanta mengenal hampir semuanya. Ada Bayu, Zeya, Nawan, Tira, Evan, Arki, Abiana, Samuel, dan Santo.
Sangat mengejutkan. Karena Santo berada di dalam daftar. Sebenarnya Lanta tidak tahu jika dulu Santo pernah mendaftar menjadi osis. Sungguh di luar dugaan. Meskipun wajahnya terlihat masam, namun Santo terlihat sangat niat untuk bergabung kembali. Bahkan saat ini dia duduk di bangku paling belakang sendirian dan mengabaikan orang-orang yang menatapnya keheranan.
Selain teman satu angkatan Lanta, ada juga adik kelas. Di daftar tertulis nama mereka bertiga adalah Zito, Maya, dan Kenzie.
"Jujur, gue nggak sadar kalau dulu si Santo pernah masuk osis." Abiana berbisik ketika dia berjalan di samping Lanta untuk mencari tempat duduk di aula.
"Gue juga kaget." Kata Lanta, "kayanya dulu dia emang ada, tapi penampilannya beda. Nggak kayak sekarang."
"Bener!" Zeya tiba-tiba menyeletuk dan menarik tangan Lanta agar duduk di samping kursinya. Mau tidak mau Lanta pun duduk di sana, Abiana ikut duduk di sampingnya. "Santo dulu emang masuk osis. Gue liat sendiri. Pas awal masuk dia keliatan cupu. Tapi sejak osis dibubarin kelakuan dan penampilan dia jadi berubah total." Kata Zeya.
"Kira-kira, Zey. Kenapa coba dia pengen masuk osis lagi?" Abiana bertanya sambil sedikit mencodongkan badannya ke depan agar bisa melihat Zeya yang berada di sampingnya Lanta.
Zeya mengangkat kedua bahunya, "gue nggak tau."
"Tapi akhir-akhir ini, dia emang agak beda sih." Kata Abiana lagi.
"Beda gimana? Gue udah lama nggak di sini jadi nggak tau kelakuannya. Masih kayak dajjal apa enggak?"
"Dulu iya. Kelakuannya di luar batas. Asal lo tahu, dia pernah mukul Lanta sampai babak belur, Ze." Abiana mengadu, dan tiba-tiba saja raut muka Zeya berubah menjadi emosi.
"Lo serius?"
"Sumpah! Iya 'kan, Lan?" Abiana menoleh kepada Lanta.
"Iya. Tapi itu dulu, udah gue lupain."
Zeya tiba-tiba berdiri tegak sambil menggulung lengan baju seragamnya. Dia menoleh ke belakang dan hendak meneriaki Santo, namun Lanta buru-buru menariknya duduk dan membekap mulut gadis yang sedang emosi itu.
"Mau ngapain, Zey?"
"Marahin dia lah! Enak aja bikin Galan kesayangan gue babak belur!"
"Tapi, gue udah nggak pa-pa. Udah lupain aja." Kata Lanta menenangkan.
Zeya sempat terdiam, namun perkataan Lanta itu akhirnya mengurangi emosinya. Dan pada akhirnya Zeya pun memilih untuk mendengus. Tetapi dia berbalik ke arah Santo, Santo melihatnya, dan saat itu juga Zeya mengacungkan jari tengahnya, membuat Santo yang melihat itu terheran-heran. Belum sempat Santo membalas, Zeya sudah membalikan badannya dan duduk kembali.
Lanta mengusap wajahnya frustasi, sedangkan Abiana terkikik geli.
"Tapi serius deh," ucap Abiana lagi, "belakangan ini dia berubah. Dia jadi lebih kalem, dan nggak gampang emosi. Biasanya dia suka ribut dan mukulin siapa aja di kelas, tapi sekarang enggak. Dia jadi lebih banyak diem dan nggak banyak ulah." Ceritanya.
Entah mengapa perkataan Abiana tentang Santo mengingatkan Lanta pada kejadian saat dia bertemu dengan pemuda itu di rumah sakit jiwa tempat ibunya bekerja. Saat itu Santo mendatangi rumah sakit tersebut dan bertemu dengan salah-satu pasien yang di urus oleh ibu Lanta, dan ternyata itu adalah ibunya Santo.
Lanta merenung. Saat itu Santo benar-benar terlihat berbeda. Biasanya alis pemuda itu selalu menukik emosi dan wajahnya selalu sangar. Tetapi pada saat di rumah sakit, ekspresi itu benar-benar berubah total. Pada saat itu Santo terlihat sedih sekaligus putus asa.
"Menurut lo gimana, Lan?" Tanya Abiana tiba-tiba, membuat lamunan Lanta buyar.
"Apanya?"
"Kenapa Santo berubah?" Zeya berujar.
Lanta terdiam beberapa saat, dia kemudian menatap Zeya dan juga Abiana secara bergantian, "mungkin dia lagi ada di masa-masa sulit."
•••
Jangan lupa vomment!
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...