"Bener-bener nyari mati lo, Bi."
Lanta menoleh ke arah Abiana yang sedang menggigit kuku-kuku jarinya. Pemuda tinggi tak berisi yang sedang memakan sebatang coklat itu kemudian menatap sebuah benda bernama skateboard yang tersandar di dinding dengan heran.
"Gue kelepasan bawa itu tadi,"
Abiana menatap Lanta yang duduk di sofa. Gadis berkuncir kuda itu kemudian berdecak bimbang.
"Lagian lo kenapa jalan sana, sih?!" Tanya Lanta terlihat sangat heran. "Udah tau itu tuh sarangnya preman."
Mata Abiana memelototi Lanta, "kalau gue enggak pulang bareng lo, gue selalu pake jalan itu biar cepet nyampe halte. Biasanya di sana sepi, tadi gue bener-bener enggak expect bakal ketemu preman sekolah lain." Jelasnya. "Lagian lo, sih! Katanya mau les, kok tadi malah balik sendiri?!" Tanyanya kesal.
"Enggak jadi. Tadi gue lagi nyari lo, siapa tahu lo belum pulang, Bi. Pas tadi gue lewat gang, gue enggak sengaja denger suara ribut, makanya gue berdiri di depan gang tadi. Enggak berani nyamperin karena gue takut di sana lagi tawuran." Kini Lanta yang menjelaskan.
Abiana berdecak mendengar penjelasan Lanta. Dia pun mendudukan tubuhnya di sofa karena pegal.
"Hari ini lo udah buat dua masalah." Kata Lanta mengingatkan. "Pertama, lo ribut sama Clavita di lapangan, terus yang kedua lo bawa skateboard punyanya Algian. Hari ini lo lagi mood buat masalah, ya? Lo bosen sama pelajaran makanya nyari tantangan?" Tanya Lanta yang dihadiahi cubitan menyakitkan dari Abiana di lengan. "Sakit gila!"
"Rasain!"
Lanta mengusap-usap lengannya yang terasa sakit, dia menatap Abiana yang terlihat frustasi. Pemuda itu tidak tahu harus menghibur sahabatnya itu bagaimana, karena masalah yang Abiana lakukan benar-brnar tidak terpikirkan.
Berhubungan dengan Algian sama saja seperti mencari masalah besar. Karena bagaimanapun juga, Algian itu orang yang ditakuti di sekolahan. Sangat sulit untuk mendapatkan ketenangan dan juga kenyamanan jika sudah masuk ke dalam kehidupannya.
"Terus sekarang gue harus gimana, Lanta?" Tanya Abiana terdengar putus asa.
"Balikin skateboard-nya ke Algian." Usul Lanta sambil menunjuk papan seluncur hitam yang tersandar di dinding itu menggunakan dagunya.
Mendengar itu Abiana menggeleng heboh "enggak mau! Gue takut!"
Lanta menggigit coklat yang dia pegang untuk kesekian kalinya. Mata pemuda itu melirik ke arah jendela ruang tamunya Abiana.
Saat ini, pemuda tinggi tak berisi tersebut sedang berada di rumahnya Abiana. Lanta sering sekali datang ke rumah gadis itu karena jarak dari rumah Lanta ke rumah Abiana hanya memerlukan waktu tiga menit yang artinya rumah mereka cukup berdekatan.
Lanta dan Abiana sering sekali menghabiskan waktu berdua, entah itu untuk belajar bersama atau hanya untuk berbagi cerita. Seperti sekarang ini, ketika tadi Lanta mendatangi rumahnya Abiana, gadis itu langsung heboh menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Lanta.
Abiana juga menceritakan semuanya kepada Lanta, termasuk tentang skateboard Algian yang terbawa pulang.
"Lo yang balikin ya, Lan?" Pinta Abiana tiba-tiba. Dia menatap Lanta dengan tatapan yang memelas, minta di kasihani.
Tetapi tatapan itu tidak mempan terhadap Lanta, karena pemuda itu langsung menggelengkan kepala dengan cepat, "gue enggak mau. Lagian yang bawa 'kan lo, bukan gue."
Sebuah potongan coklat terlempar ke arah Lanta, itu berasal dari Abiana yang saat ini sedang memberengut kesal sembari menendang-nendang udara.
"Gue takuuuuut!! Gue akui Algian emang tampan, tapi dia tuh menyeramkan, Lan! Enggak sanggup gue kalau mesti berhadapan sama dia lagi." Kata Abiana dengan ekspresi ketakutan yang dilebih-lebihkan.
"Tapi, Bi. Lo udah bilang makasih enggak ke Algian sama Sam?"
Pertanyaan Lanta membuat Abiana membatu, gadis itu melebarkan matanya, dia menganga, "anjir, belum! Tadi gue melengos gitu aja pergi nyamperin lo karena panik!" Akunya.
"Parah." Komentar Lanta tidak habis pikir, "lo harus banget bilang makasih ke mereka, Bi. Gitu-gitu mereka udah nolongin lo."
Lanta berkata seperti itu karena memang dia perlu mengatakannya. Kata tolong, terima kasih, dan maaf merupakan kata utama yang tidak boleh di lupakan.
"Tadi gue gemeteran, Lan. Terus otak gue nge-blank." Kata Abiana terlihat murung, "gue salah besar sih ini, gue harusnya bilang makasih dulu tadi, terus ngebalikin skateboard punyanya Algian."
"Waktu lo masih banyak, Bi. I know, tadi lo pasti panik makanya belum sempet ngucap makasih. Tapi lo tetep harus bilang makasih ke mereka, ya. Lebih baik telat daripada enggak sama sekali." Pesan Lanta membuat Abiana menampilkan ekspresi terharu.
Namun tak berselang lama, Abiana menampilkan ekspresi tercenungnya. Dia menoleh ke arah Lanta yang masih memakan coklat. "Gue baru inget. Kemarin tuh gue malah ngasih ikan cupang yang baru gue beli ke dia, Lan."
"Jadi lo salah ngasih barang?" Tanya Lanta memastikan.
Kepala Abiana mengangguk, dia pun mengacak rambutnya frustasi. "Ikan cupang mahal gue!!" Pekiknya.
•••
Pokoknya jangan lupa buat bilang maaf, tolong, dan terima kasih.
Jangan lupa vomment ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...