Algian menurunkan tubuh Abiana ketika mereka berdua berada di koridor dekat taman yang sepi.
Abiana berdiri dan menatap Algian dengan wajah yang memerah padam, "lo ngapain, sih?!" Tanyanya kesal.
"Nolongin lo biar lo nggak di jambak sama nenek lampir." Jawab Algian dengan santainya.
Mendengus, Abiana pun berbalik dan memilih untuk duduk di sebuah kursi yang kebetulan ada di sana.
Algian membalikan badan ke arahnya, dia berdiri tepat di depan Abiana. "Kenapa? Kayanya lo marah banget?"
"Nggak marah gimana? Temen gue di hina-hina, ya gue nggak terima lah!" Seru Abiana emosi. "Gue tuh nggak suka ngeliat temen-temen gue terluka. Dan akhir-akhir ini orang terdekat gue selalu kena masalah. Itu tuh bikin gue khawatir total. Gue takut mereka kenapa-kenapa," Ujarnya dengan tertahan, Abiana menutup wajahnya menggunakan kedua tangan. Gadis itu terlihat putus asa.
Algian memandangnya. Sepertinya Abiana sedang banyak pikiran, dan sepertinya Algian tahu, selain Tira, ada orang yang saat ini sedang Abiana khawatirkan.
"Al, lo tau 'kan punggung Lanta tuh luka. Dia kena sabetan. Kemarin gue liat seragamnya, darahnya banyak banget. Dan sialnya gue nggak nyadar sama sekali. Kemarin gue malah omelin dia tanpa tahu kalau sebenarnya dia lagi nahan sakit. Tapi si bego itu nggak bilang apa-apa soal luka di punggungnya," Abiana mengomel dengan wajah yang berubah dari kesal menjadi khawatir.
"Lanta nggak mau lo khawatir." Balas Algian menenangkan.
"Justru kalau begitu gue semakin khawatir!" Abiana mendongak, dia menatap Algian dengan wajah yang memerah.
Algian balik menatapnya, membuat mereka berpandangan, "udah ya, jangan marah-marah."
"Nggak marah gimana? Gue marah lah, rasanya gue pengen musnahin semua manusia yang udah nyakitin Lanta." Seru Abiana dengan tangan yang mengepal.
Mata Algian tak lepas menatap Abiana yang kali ini menunduk memandangi sepatunya, "lo sayang banget, ya, sama Lanta?"
Kali ini Abiana mendongak, mata gadis itu memerah, seolah-olah dia sedang menahan tangisnya.
"Gue sayang banget sama Lanta. Rasa sayang gue ke dia hampir sebesar rasa sayang gue ke bunda gue."
Pernyataan Abiana membuat Algian tertegun. Dia bahkan terdiam sambil memandangi Abiana dengan tatapan tidak bisa di artikan. "Kenapa? Kenapa lo sayang sampai segitunya ke dia?"
Abiana tidak langsung menjawab, matanya dengan mata Algian bertemu pandang. Sampai akhirnya Abiana menghela napas, "Lanta udah gue anggap sebagai keluarga gue sendiri. Dia udah kayak adik yang berharga bagi gue. Dia sosok cowok yang gue suka, bukan suka dalam arti cinta, tapi gue bener-bener suka dia sebagai keluarga." Jawab Abiana akhirnya.
"Adik?"
"Iya, itu karena gue lebih tua darinya. Cuman beda lima bulan, sih. Tapi tetap aja gue udah anggep Lanta sebagai adik gue satu-satunya. Gue anak tunggal, dan dulu gue selalu sendirian. Tapi karena Lanta, gue jadi nggak kesepian." Jelas Abiana kembali.
Terjadi keheningan di antara mereka berdua. Saat ini Algian sedang merenungi seberapa besarnya rasa sayang Abiana kepada Lanta.
Algian kira, Lanta dan Abiana mempunyai sebuah hubungan spesial, yaitu sebagai pasangan. Namun ternyata dia salah, karena Abiana dan Lanta saling menganggap jika mereka berdua hanyalah keluarga.
Entah mengapa tiba-tiba Algian teringat dengan adiknya.
"Lo tenang aja, gue yakin Lanta bakalan baik-baik aja." Algian menyentuh puncak kepala Abiana lalu mengelusnya pelan, "kalau lo mau musnahin orang-orang yang nyakitin dia, gue bisa bantu." Lanjutnya membuat Abiana mendongak.
Abiana memandangnya, "tapi dulu, lo juga pernah mukul dia, sekali." Ujarnya membuat Algian tersentak.
Perkataan Abiana tidak salah, kejadiannya sudah lama. Dan Algian merasa menyesal karena saat itu dia masih mempunyai sifat yang sangat arogan.
"Apa lo mau musnahin gue aja?" Algian menawarkan diri.
Abiana menarik napasnya, "udahlah lupain. Sekarang bukan itu masalahnya, gue juga yakin kalau sekarang lo itu udah banyak berubah. Nggak tau kenapa hawa keberadaan lo nggak seserem dulu. Gue juga ngeliat lo jadi biasa aja, padahal dulu gue takut banget sama lo." Kata Abiana blak-blakan.
"Emang dulu, gue nyeremin?"
"Nggak sadar?"
Algian menggeleng.
"Dulu tuh liat ujung seragam lo aja rasanya gue pengen sembunyi." Ucap Abiana jujur.
"Padahal gue bukan monster."
"Lo percaya nggak, ada manusia berjiwa monster?"
"Nggak,"
"Gue percaya. Karena orang itu ada di depan gue sekarang."
"Gue?"
"Siapa lagi."
Algian sempat terdiam, namun kemudian dia tertawa. Dan hal itu membuat Abiana tanpa sadar memandangnya, suara tawanya yang mengudara itu baru pertama kali Abiana mendengarnya.
Biasanya Algian selalu menampilkan eskpresi dingin, cuek, matanya yang runcing selalu menatap dengan tajam, namun sekarang wajah itu berubah. Otot-otot pipinya seakan tidak kaku seperti dulu, dia bahkan bisa tertawa lepas seperti sekarang.
"Gue bukan monster," balas Algian setelah puas tertawa.
"Buktinya?"
"Gue punya tiga kucing di rumah."
Mata Abiana tiba-tiba saja berbinar, "serius?!" Tanyanya jadi antusias.
"Dua rius."
"Oh iya, kata Sam waktu itu ikan cupang gue di makan sama salah-satu kucing lo 'kan, ya?"
Algian terkekeh, "iya. Ikan cupang lo masih ada?"
"Ada. Mau pelihara nggak?" Tawar Abiana.
"Mau ngasih?"
"Nggak. Gue mau ngajak barter sama kucing lo."
Algian terkekeh, "nggak boleh."
"Kenapa?"
"Nanti kucingnya makan ikan lagi."
"Iya sih."
"Kalau lo mau liat kucing-kucing gue, ke rumah gue aja." Kata Algian, Abiana menatapnya, "ajak Lanta juga." Lanjutnya seakan tahu jika Abiana pasti akan selalu melibatkan Lanta.
"Oke." Kata Abiana membuat Algian tersenyum. "Btw, lo masih ngasih makan kucing-kucing di jalan?" Tanya Abiana kemudian.
Kepala Algian mengangguk, "masih. Kapan-kapan mau ikut lagi?"
Kali ini Abiana yang mengangguk, "kalau lo nggak keberatan."
"Oke. Nanti gue ajak."
Akhirnya percakapan mereka membahas kucing pun terus berlanjut. Pikiran Abiana yang semula sedang mengkhawatirkan banyak hal akhirnya memudar. Dan karena percakapan mereka hari ini, Abiana dan Algian pun semakin dekat. Tidak ada lagi keraguan dan juga kecanggungan yang biasanya Abiana lakukan ketika bersama Algian.
Dan hari ini, Abiana seperti mendapatkan teman baru, karena selain dengan Lanta, dengan Algian juga, dia bisa berbincang mengenai banyak hal.
•••
Hai, hai, hai!
Balik lagi nih, hehe...
Sorry banget jarang update. Aku ngetik cerita ini suka dadakan dan idenya juga kadang lep lep-an😭Aku kurang motivasi, huhu...
Makanya jangan lupa tinggalkan vote dan komen biar aku makin semangat update ya!Makasih semua💗
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...