Abiana menatap seorang pemuda berambut coklat gelap yang saat ini berada di sampingnya. Gadis itu memegang sebotol air dan tisu, lalu di atas meja yang ada di sebelahnya ada kapas, obat merah, perban, dan plester.
"Lo yakin gue harus ngobatin dia?"
Abiana bertanya kepada Algian yang saat ini duduk tak jauh darinya. Pemuda bermata runcing itu sedang santai meminum soda sambil menikmati angin malam dari depan minimarket.
"Kalau lo enggak mau, nggak usah. Gue enggak maksa, lagian dia nggak penting juga." Balas Algian dengan santainya.
Santo merasa emosi, bibirnya berkedut kesal dan alisnya menukik tajam. "Buruan bersihin darah gue, enggak liat ini darah ngucur?!" Ketusnya.
Abiana memutar bola matanya malas, "obatin aja lah sendiri, males gue."
Tentu saja Abiana menyimpan dendam pada pemuda itu. Tolong diingat jika Santo adalah orang yang memukuli Lanta sampai sahabatnya itu terluka. Belum lagi dia sering membuat keributan yang membuat Abiana malas berhadapan dengannya.
"Buta mata lo? Tangan gue juga luka, bodoh!"
Algian melemparkan permen bergagang ke kepala Santo, "jaga mulut lo kalau enggak mau gue sobek." Peringatnya.
Santo semakin kesal, dia ingin marah tapi dia sadar akan posisinya sekarang.
Abiana pun menghela napasnya pelan, meski dengan ogah-ogahan, dia mulai membersihkan darah-darah yang berserakan di kepala, wajah dan tangannya Santo.
Lalu Abiana pun memberikan obat merah kepada luka di tubuh Santo dengan cara di tekan-tekan, yang tentu saja hal itu mengundang protesan dari si pemuda berwajah sangar.
"Pelan-pelan dong! Sakit woy!"
"Anggap aja ini balas dendam."
"Idih, lo dendam apaan sama gue? Perasaan gue enggak pernah gangguin lo?!"
"Lo udah mukulin Lanta nyampe dia luka kalau lo lupa!"
"Lanta siapa?" Jeda Santo, dia seperti mengingat-ingat "oh... si cupu–ah! Anjing!"
Abiana menyumpalkan kapas ke mulutnya Santo membuat pemuda itu mengumpat. Dan lagi-lagi dia mendapatkan lemparan permen dan tatapan tajam dari Algian.
"Emang lo siapanya sih? Pacarnya? Kenapa pake ikutan dendam juga sama gue?" Tanya Santo tidak habis pikir.
Padahal dia sudah di tolong, tapi tetap saja sifatnya sangat menyebalkan.
"Diem, lo berisik! Gue tuangin betadine juga nih ke luka robek lo." Ancam Abiana membuat Santo langsung bungkam, tiba-tiba dia merinding karena membayangkan jika hal itu terjadi.
Algian tertawa kecil, menertawakan nasib Santo yang diomeli dan di siksa oleh Abiana. Sudah beberapa kali pemuda itu meringis karena Abiana memberikan obat merah dan menekan luka yang ada di wajah dan tangannya Santo.
"Kenapa lo bisa dipukulin sama anak buah lo?" Tanya Algian tiba-tiba.
"Bukan urusan lo!"
"Kasian amat dikhianatin anak buah."
"Enggak usah banyak bacot!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...