Kantin SMA Yudistra cukup ramai saat jam istirahat. Ada beberapa murid yang sedang memesan makanan, ada yang sedang menikmati makan siang dan ada juga beberapa murid berandalan yang memulai aksinya—yang dimana mereka mulai melakukan pemalakan.
Para berandalan tersebut berada di pintu masuk kantin, menghalangi para murid yang ingin masuk. Mereka yang hendak lewat ditahan dan dimintai uang.
Untungnya Lanta sudah memasuki kantin sebelum para berandalan itu datang. Dan sekarang Lanta sedang memegang nampan berisi makanan dan minumannya. Dia sedang mencari tempat duduk yang kosong, dan tempat tersebut ada di tempatnya Nawan.
Akhirnya Lanta menghampiri Nawan yang duduk dan sedang makan sendirian. Lanta menyimpan nampannya di atas meja dan duduk begitu saja di depan Nawan, membuat pemuda berisi itu mendongak untuk menatapnya.
"Tempat yang lain penuh, jadi gue duduk di sini." Kata Lanta jujur. Meskipun sebenarnya, Lanta masih berusaha untuk mendekati Nawan karena pemuda itu selalu saja sendirian jika sedang tidak bersama Algian.
Nawan hanya diam saja, dia kemudian melanjutkan aktivitas makan siangnya tanpa memedulikan kehadiran Lanta di hadapannya.
Lanta pun mulai menikmati makanannya, dia sebenarnya ingin mengajak Nawan mengobrol, namun pemuda itu seperti benar-benar tetutup. Sehingga Lanta hanya bisa diam saja.
Tak lama kemudian, suara seseorang mengintrupsi Lanta dan Nawan. Mereka berdua menoleh ke samping dan mendapati seorang gadis tinggi yang memakai seragam ketat.
"Ya ampun, ketua kelas IPA 2 ngapain duduk sama seekor babi, sih? Jadi keliatan kayak angka sepuluh tau!" Ejekan itu jelas saja membuat Lanta menatap Clavita—gadis yang ada di sampingnya dengan sinis. Sedangkan Nawan hanya menunduk dan masih berusaha untuk tidak peduli.
Clavita tertawa sendirian, karena teman yang sebelumnya datang dengannya sudah pergi duluan. Bisa Lanta lihat jika dua teman Clavita itu sudah tidak sanggup dengan sifat gadis tinggi tersebut yang suka menghina fisik seseorang.
"Nggak pa-pa kali, Ta. Itu tuh jadi menambah ke aesthetic-an kantin sekolah kita." Sahut seorang pemuda yang baru saja datang menghampiri Clavita.
Dia adalah Januar.
Mereka berdua tertawa dan berlalu begitu saja dari hadapan Lanta dan Nawan. Seolah-olah niat mereka memang hanyalah ingin menghina saja.
Lanta menghela napas sabarnya, dia jadi tahu mengapa Abiana begitu membenci gadis bernama Clavita tersebut. Ternyata gadis itu sifatnya memang sangat buruk.
"Lo ngapain duduk di sini?" Pertanyaan itu keluar dari Nawan.
Setelah sekian lama diam, akhirnya pemuda berisi itu mengeluarkan suara yang ditujukan untuk Lanta.
"Tempat yang lain udah penuh, gue lihat ini kosong jadi gue duduk di sini." Jelas Lanta lagi.
Nawan menatap makanannya yang ada di atas meja, dia tidak menatap Lanta sama sekali, "enggak usah sok baik sama gue. Jangan mentang-mentang lo ketua kelas lo berusaha buat deketin gue yang selalu sendirian dan keliatan kesepian. Gue enggak butuh rasa kasihan." Ujarnya membuat Lanta tertegun.
Lanta tidak menduga jika Nawan akan berkata seperti itu. Dia menghela napasnya, "gue beneran mau nemenin lo kok. Bukan karena gue kasihan, tapi karena gue peduli." Jawab Lanta.
Nawan menatap Lanta, dia tersenyum kecut, "bullshit. Paling abis itu lo mau ngatain gue kayak yang lain."
Dari perkataan Nawan barusan, Lanta bisa menyimpulkan jika Nawan sebenarnya ingin berteman, hanya saja dia mempunyai ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...