Keadaan kelas siang ini terlihat cukup sunyi, padahal di dalam kelas terdapat beberapa siswa dan juga siswi.
Di dalam kelas hanya di dominasi oleh suara berat seorang pemuda bersurai hitam yang saat ini sedang duduk di kursi dengan kedua kaki panjangnya yang dinaikan ke atas meja.
Pemuda yang rambutnya menutupi sebagian dahi itu menatap seorang pemuda bertubuh gemuk yang saat ini berdiri di samping bangkunya sambil menunduk.
Algian mengeluarkan permen bergagang yang sempat dikulumnya. Pemuda dengan mata runcing yang tajam itu kemudian menatap pemuda bertubuh gemuk di sampingnya yang bernama Nawan dengan senyuman miring yang terpampang jelas di wajahnya yang tampan.
"Beliin gue soda. Dalam waktu lima menit, lo harus udah ada di sini lagi."
Perkataan Algian membuat pemuda gemuk yang sedang berdiri itu membulatkan matanya.
Ini memang bukan pertama kalinya dia dijadikan babu oleh seorang Algian Firseron- si peringkat nomor satu di bidang kekuatan SMA Yudistra. Dia ditakuti oleh para siswa, namun cukup dikagumi oleh para siswi.
Algian biasanya menyuruh Nawan membelikan sesuatu dengan waktu yang lebih dari lima menit. Tetapi sekarang, pemuda bermata runcing itu menyuruh Nawan untuk pergi ke kantin yang berada di lantai bawah hanya selama lima menit.
Gila!
Padahal, saat ini kelas mereka berada di lantai tiga. Belum lagi tubuh Nawan yang gemuk membuat dia kesulitan untuk berlari kencang.
"Kenapa? Keberatan?" Tanya Algian sambil memiringkan kepalanya ke kanan untuk menatap Nawan yang saat ini sedang kelabakan.
Algian tersenyum, senyuman tampan yang malah terlihat menakutkan.
"Kalau gitu, selama tiga men-"
"LIMA MENIT!!"
Nawan langsung berlari terbirit-birit keluar kelas sambil meneriakkan kata 'lima menit'. Hal itu membuat Algian yang melihat tersenyum puas.
Pemuda dengan rahang tegas itu memasukkan permen ke dalam mulutnya kembali sembari menatap penghuni kelas yang diam-diam memperhatikannya.
"Apa lo liat-liat?!" Tanyanya galak dengan ekspresi yang sudah berubah menjadi menakutkan.
Para penghuni kelas langsung fokus kembali dengan aktivitasnya masing-masing. Terlalu takut jika harus berurusan dengan pemuda bermata runcing tajam bernama Algian.
Mereka takut, nasibnya sama seperti Nawan yang benar-benar memprihatinkan.
Termasuk Galanta Angkasa. Pemuda paling pintar dan merupakan peringkat 1 dalam kepintaran di angkatan kelas 11 SMA Yudistra itu benar-benar tidak mau berurusan dengan seorang Algian.
Menurutnya, itu terlalu menakutkan.
Pemuda berkacamata yang saat ini sedang membaca buku itu diam-diam bersyukur karena belum pernah berurusan dengan Algian meskipun mereka satu kelas dari pertama masuk SMA. Sehingga, Lanta merasa hidupnya sangat damai dan tentram.
"Mana minuman gue?"
Pertanyaan itu mengundang perhatian Lanta. Pemuda berkacamata tersebut menatap Nawan yang sudah datang sambil ngos-ngosan dengan tangan kosong.
"A-anu, sprite-nya habis." Jawab Nawan dengan terbata. Pemuda itu menunduk dalam, tidak berani untuk menatap mata elang Algian.
Algian menaikkan sebelah alisnya, "emangnya gue nyuruh lo beli sprite?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...