"Sa, lo nggak pa-pa?"
Lanta bertanya kepada Firsa yang saat ini sedang berjalan di koridor gedung les bersamanya. Gadis yang biasanya terlihat ceria dan bersemangat itu terlihat berbeda hari ini, dia lesu dan seperti sedang memikirkan banyak hal, membuat Firsa terlihat tidak fokus.
"Gue nggak kenapa-kenapa." Jawab Firsa seadanya.
"Jangan bohong."
Perkataan Lanta membuat Firsa menghentikan langkahnya, dia pun akhirnya berbalik untuk menatap Lanta yang berjalan di belakangnya.
Pemuda tinggi tak berisi itu menatap Firsa penasaran.
Menghela napas, Firsa pun akhirnya menjawab, "gue lagi ngerasa kalau gue ini egois,"
"Maksudnya?"
"Semalam, gue marahin bang Algian. Gue minta sama dia biar dia nggak bikin masalah terus. Gue minta dia buat berubah, biar harapan Ayah nggak di bebanin ke gue terus. Gue juga pengen bebas, gue nggak mau selalu di tekan dan di kekang. Gue juga pengen kaya bang Algian yang bisa ngelakuin suatu hal sesuka hati." Cerita Firsa. Gadis itu menunduk, membuat Lanta memandangnya.
Lanta tersenyum tipis, dia pun mendekat ke arah Firsa lalu menepuk puncak kepala gadis di depannya itu dengan pelan.
"Firsa lo nggak salah kok. Setiap orang berhak buat ngeluapin emosi sama unek-uneknya. Algian perlu tahu keadaan lo, biar dia juga sadar dan ngerti posisi lo. Tapi lo juga harus berusaha buat tahu dan ngerti posisi Algian. Mungkin dia juga ngelakuin semua itu dengan alasan, mungkin dia juga sebenarnya nggak pengen lo ke kekang kayak sekarang, cuman dia belum tahu caranya gimana. Kalian berdua harus sama-sama saling ngerti dulu, saling cerita tentang keluhan masing-masing supaya dapet jalan keluar yang pas dan juga baik." Papar Lanta membuat Firsa mendongak.
Terjadi keheningan beberapa saat di antara mereka berdua. Lanta menurunkan tangannya, "komunikasi itu penting." Ujarnya kemudian.
Firsa menarik napasnya, dia pun mengangguk. "Kalau gitu gue harus ngobrol lagi sama Bang Algian."
Satu sudut bibir Lanta tertarik, sekali lagi dia menepuk puncak kepala Firsa lalu mengelusnya.
"Lanta," Panggil Firsa membuat Lanta menatapnya.
"Hm?"
"Ke perpustakaan kota, yuk!"
"Ayok. Tapi lo nggak pa-pa? Jemputan lo?"
"Nggak pa-pa. Gue udah izin dan bilang kalau mau ke perpustakaan kota pulang les."
Akhirnya setelah mendapatkan anggukan Lanta, Firsa pun menarik lengan Lanta lalu membawanya keluar dari gedung. Lanta hanya bisa tersenyum dan mengikutinya di belakang.
•••
Sesampainya di perpustakaan kota, Lanta dan Firsa pun mulai menelusuri rak-rak untuk mencari buku.
Lanta yang saat ini sedang memakai kecamatanya itu sesekali mengambil sebuah buku lalu membaca sinopsis dan isi bukunya.
Mata Lanta teralihkan ketika dia menyadari jika Firsa yang ada di depannya sedang berusaha untuk mengambil buku yang terletak di rak yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...