SOVEREIGN 21

631 112 23
                                    

Langkah kaki panjang seorang pemuda tinggi memasuki kantin. Namun tiba-tiba saja langkah pemuda itu terhenti kala melihat pemandangan yang cukup mengerikan. Pemandangan yang mampu membuat Algian mengepalkan tangan dan menampilkan aura yang menyeramkan.

Algian berjalan menghampiri Santo yang sedang menyiksa Lanta dengan cara menginjak kepala pemuda itu yang ada di lantai.

Algian terlihat murka, membuat siapa saja yang dilewati olehnya buru-buru mundur dan menjauh saking kuatnya hawa menyeramkan yang Algian pancarkan.

Tanpa aba-aba, Algian langsung mendorong tubuh Santo dengan sangat kuat membuat pemuda bersurai coklat gelap itu tersungkur ke depan dan menabrak kursi serta meja yang ada di kantin.

Algian menoleh ke arah Lanta yang bibirnya sudah  berdarah-darah, untung saja ada Sam di sana, sehingga pemuda itu dengan sigap langsung membantu Lanta.

Kini fokus Algian teralihkan sepenuhnya kepada Santo yang sedang bangkit berdiri sambil menampilkan senyuman miringnya.

"Akhirnya, lo muncul juga bajingan!" Kata Santo yang terlihat senang.

Algian tidak membalas perkataan Santo, pemuda itu memilih untuk mengambil nampan kaleng yang ada di atas meja dan memukulkan benda tersebut ke kepala Santo sampai nampan tersebut penyok. Hal itu membuat Santo terdiam sambil menahan amarah.

"Belum kapok juga lo?" Tanya Algian dengan matanya yang menatap Santo tajam.

Santo terkekeh meremehkan, "gue nggak akan nyerah meskipun gue pernah kalah!"

Santo melemparkan kursi kantin ke arah Algian, yang untungnya bisa Algian hindari. Tak hanya itu, Santo berlari mendekati Algian dan melayangkan pukulan ke rahang pemuda tinggi bermata runcing tersebut.

Tentu saja Algian tidak tinggal diam, dia membalas pukulan Santo dua kali lipat. Dia bahkan berhasil menendang perut Santo sampai pemuda itu mundur dan menabrak beberapa meja kembali.

Saking kerasnya tendangan Algian, Santo sampai terbatuk-batuk dan seperti tidak sanggup untuk berdiri lagi. Jaja yang merupakan anak buahnya,  berusaha untuk membantu Santo berdiri karena khawatir luka-luka Santo yang baru sembuh terbuka kembali. Tetapi Santo langsung menepis tangan Jaja yang hendak menolongnya.

Algian mendekat, dia menarik kerah kemeja Santo membuat Jaja yang ada di sebelah Santo memundurkan langkahnya.

"Gue udah bilang sama lo, jangan sampai muka setan lo ini muncul di SMA Yudistra lagi!" Algian menatap Santo dengan tatapan membunuh, "gue ngehajar lo waktu itu bukan tanpa alasan. Gue cuman ngasih lo peringatan biar lo nggak ngelakuin pemalakan sama kekerasan lagi di sekolahan!" Sambungnya sambil menghempaskan badan Santo ke lantai.

Algian pun menginjak dada Santo menggunakan kakinya yang terbaluti oleh sepatu bersol keras, dia menatap Santo tepat ke maniknya. "Tadi lo nginjek kepala orang 'kan? Sekarang gue nginjek dada lo biar lebih sopan. Nggak masalah 'kan kalau tulang rusuk lo gue patahin semua?" Tanya Algian sambil tersenyum miring.

Masih dengan senyuman miring yang terpampang, perlahan-lahan Algian menginjak dada Santo lebih kuat membuat Santo mulai mengerang kesakitan.

Algian tersenyum setan, dia seperti senang ketika melihat Santo yang mulai semakin tersiksa.

"BERHENTI KALIAN!"

Seruan yang menggelegar itu membuat tatapan Algian teralihkan, dia menoleh ke arah pintu kantin dan menemukan seorang guru muda yang menatapnya dengan sangat murka.

•••

"Apa kalian sudah gila? Melakukan perkelahian yang benar-benar sudah melewati batas di sekolahan?!"

Pertanyaan murka tersebut diajukan oleh pak Niki kepada Algian dan Santo yang saat ini duduk di  kursinya yang ada di ruang BK. Selain menjadi guru honorer, pak Niki juga menggantikan guru BK yang sedang melakukan cuti melahirkan.

"Bapak yang udah gila! Ikut campur sama urusan orang. Guru baru aja belagu lo!" Santo membalas, matanya menatap pak Niki dengan bengis.

Tentu saja pak Niki menatapnya, "saya sebagai guru harus menghentikan tindakan kalian berdua. Jika dibiarkan, salah satu dari kalian bisa meninggal!" Jawab pak Niki seolah tidak tersinggung sama sekali dengan yang Santo ucapkan, "kalian ini masih anak sekolahan, apa mau disebut sebagai kriminal?!" Tanyanya tidak habis pikir.

"Nggak usah ceramah deh, pak! Muak saya dengernya!"

Algian mendorong kaki kursi yang Santo duduki, membuat pemuda yang ada di sampingnya itu terjatuh bersama dengan kursi tersebut.

Algian tersenyum miring.

"ANJING!" Seru Santo sambil bangkit berdiri, dia hendak menghajar Algian namun pak Niki tiba-tiba saja menyiramkan air mineral yang ada di atas mejanya ke arah Santo.

Tentu saja hal itu membuat Santo terdiam, dia menatap pak Niki murka. "Apa maksud bapak menyiram saya?!"

"Duduk." Perintah pak Niki dengan suara beratnya.

"Saya tidak mau!"

"Kalau begitu saya akan memanggil orangtua kalian."

Santo tertawa meremehkan, "guru honor semacam bapak mau memanggil orangtua saya? Emang bapak tahu siapa orangtua saya? Jangan sok deh pak! Mendingan bapak kerjain tugas bapak di sini tanpa ikut campur urusan orang lain kalau bapak enggak mau di pecat!"

Pak Niki masih menampilkan ekspresi dinginnya, "Santo, ayah kamu adalah salah satu anggota dewan. Dan Algian, ayah kamu adalah pemilik salah satu stasiun televisi." Kata Pak Niki membuat Santo menatapnya terkejut, sedangkan Algian menatap pak Niki dalam diam.

"Karena kalian telah melakukan keributan, selain memanggil orangtua, kalian berdua akan saya skors selama tiga hari. Selama itu, saya juga akan memberikan beberapa tugas yang harus kalian kerjakan dan kumpulkan ketika kalian kembali ke sekolah." Putus pak Niki yang tentu saja mengundang protesan dari Santo.

Santo bahkan menggebrak meja pak Niki dengan sangat keras, dia mengambil sebuah pulpen yang ada di atas meja dan menodong pak Niki menggunakan benda tersebut.

"Lo, jangan main-main sama gue kalau lo enggak mau mati." Ancam Santo dengan suaranya yang pelan.

Pak Niki tidak merasa takut sama sekali, dia bahkan dengan santainya mencengkram tangan Santo yang memegang pulpen dengan kuat.

"Kamu, jangan macam-macam kalau tidak mau saya keluarkan." Balas pak Niki yang tak kalah mengintimidasi.

Algian yang melihat dan mendengar pun sedikit merinding, apalagi ketika dia melihat tatapan pak Niki yang sangat menusuk.

Sepertinya, guru ini sangat berbeda dengan yang lain.











•••

Ada yang belum tidur?
Jangan lupa vomment ya!!


SOVEREIGNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang