"Gue minjem motor lo, Dim. Gue mau ke rumahnya bang Jay."
Algian duduk di sofa samping Dimas, membuat pemuda berambut gondrong yang sedang memainkan ponselnya itu mendongak dan menoleh ke arah Algian.
Tanpa berkata apa-apa, Dimas mengeluarkan kunci motornya dari dalam saku jaket, lalu melemparkannya ke arah Algian.
Keadaan rumah saat ini cukup sepi dikarenakan hanya ada mereka berdua. Samuel dan Anfa sedang pergi untuk belanja bulanan. Alasan Algian meminjam motor Dimas dikarenakan mobilnya dipakai oleh mereka, sehingga Algian yang hendak pergi itu tidak bisa menunggu karena mereka lama.
"Meong!"
Algian menunduk, ia melihat seekor kucing putih gemuk yang sedang mengelus-ngeluskan bulunya ke kaki Algian dengan manja, pemuda bemata tajam itu lantas mengangkat tubuh gemuk kucing bernama Alu.
"Makin gendut aja lo." Gemas Algian seraya menduselkan kepalanya ke tubuh Alu yang lembut dan juga wangi.
Algian menyimpan Alu ke pangkuannya sambil mengelus-elus bulunya yang lembut. Pemuda itu kemudian menolehkan kepalanya ke arah Dimas yang saat ini sedang fokus bermain game di ponselnya.
Pemuda dengan rambut yang menutupi dahinya itu dengan sengaja menyimpan tubuh berat kucing putih tersebut ke pangkuannya Dimas.
"Anj—tuh 'kan kalah!" Dengus Dimas seraya menoleh ke arah Algian yang sudah berdiri, "sialan lo, ah!" Kesalnya.
Algian terkekeh, ia kemudian menepuk pundak Dimas sebanyak dua kali, "gue pergi kalau gitu. Hati-hati ada bibi kunti." Ujarnya menakut-nakuti.
Dimas menatap sahabatnya itu dengan malas, "buat apa takut kalau ada tiga bodyguard?" Ujarnya sembari melirik dua ekor kucing gendut berwarna abu-abu dan orange yang baru saja datang.
Kucing putih bernama Alu, kucing abu-abu bernama Mumu dan kucing orange bernama Nium, dan mereka bertiga adalah AluMuNium. Ketiga kucing gemuk kini berkumpul di ruang tengah, seolah-olah siap untuk melindungi Dimas yang akan ditinggal sendirian di rumah.
Algian mendengus geli, pemuda yang memakai jaket berwarna hijau lumut itu lantas mulai pergi keluar rumah. Ia menghampiri motor besarnya Dimas yang terparkir di depan rumah, lalu mulai memakai helm full face-nya sembari menaiki motor tersebut.
Setelah dirasa nyaman, pemuda itu pun akhirnya melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Motor besarnya melaju di jalanan yang sangat sepi dan juga sunyi.
Hal ini dikarenakan untuk mencapai jalan raya, maka Algian harus menempuh waktu yang cukup lama. Rumah almarhum ibunya terletak jauh dari perkotaan dan letaknya ada di pinggir hutan.
Sehingga Algian harus melewati jalan yang jarang sekali dilalui orang-orang.
Setelah menghabiskan waktu selama sepuluh menit dan melewati jalanan sepi tak berpenghuni, akhirnya Algian sampai di jalan raya, pemuda yang awalnya mengendarai motor dengan kecepatan tinggi itu mulai memelankan lajunya, lalu motornya berbelok untuk masuk ke dalam sebuah komplek perumahan.
Baru saja motor Algian melaju beberapa meter, tiba-tiba saja ada beberapa orang yang menghalangi jalannya, hal itu membuat Algian menghentikan motor dan menatap orang-orang yang menghalangi dari balik kaca helmnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...