SOVEREIGN 35

183 39 7
                                    

"Gue mau laporan."

Algian yang sedang duduk di kursi dekat papan tulis sambil memasang stiker di papan skateboard miliknya itu mendongak dan menaikan sebelah alisnya.

Sekarang sudah jam pulang, dan saat ini Algian sedang berada di sebuah ruangan kelas tidak terpakai yang bisa disebut sebagai markasnya.

"Laporan apa?" Tanya Algian, dia kembali melanjutkan aktivitas memasang stikernya pada papan seluncur miliknya.

"Gue harusnya ngasih tau ini kemarin, tapi gue nggak sempet. Jadi sekarang aja," kata seorang pemuda yang dasinya diikatkan di kepala. Pemuda itu berdiri di depan meja yang di tempati Algian.

"Selama lo nggak ada, banyak kasus pemalakan. Bahkan satu hari yang lalu ada yang sampe di pukulin dan harus di bawa ke klinik." Ujar Bayu—pemuda dengan dasi yang terikat di kepala itu dengan pelan, dia menampilkan wajah seriusnya.

"Pelakunya."

"Jaja sama Heri."

Tangan Algian yang sedang memegang pisau untuk merapikan stiker yang terpasang di papan seluncur itu mengepal.

"Sam udah kasih mereka pelajaran, tapi kita nggak tahu, mereka bakal kapok atau enggak. Lo tau 'kan Jaja sama Heri bukan lagi bawahan Santo sekarang. Mereka bahkan ngejauhin Santo. Dan katanya mereka juga keluar dari KING. Gue khawatirnya mereka bikin aliansi baru. Jaja sama Heri itu pantang menyerah, dua berandalan itu bakalan ngelakuin apa aja buat dapetin apa yang mereka mau." Jelas Bayu.

"Terus, lo sadar nggak sih? SMA Yudistra makin ke sini tuh makin berantakan. Sejak osis dibubarin, banyak murid yang mulai berbuat sesuka hati." Lanjut pemuda yang masih berdiri itu.

Algian kembali merapikan stiker yang terpasang di papan seluncurnya,  "contohnya?"

"Banyak murid yang datang kesiangan, ada juga yang sering bolos kelas dan nongkrong di belakang atau atap, terus ada yang ngerokok di lingkungan sekolah, bahkan terang-terangan. Nggak cuman itu aja, bahkan gue denger, akhir-akhir ini ada segerombolan murid yang suka main judi." Jelas Bayu dengan mata yang menatap lurus ke depan, dia seakan sedang menerawang tentang apa yang akan terjadi dengan sekolahnya saat ini, "murid SMA Yudistra mulai melenceng dari aturan."

"Beberapa guru juga ada yang ngundurin diri." Kata Bayu lagi, kali ini membuat Algian menatapnya lagi.

Mata Algian dan Bayu bertemu, "yah... meskipun kita itu salah satunya, tapi kita punya alasan kenapa ngelakuin hal itu 'kan?" Tanya Bayu sambil tersenyum miring.

Algian tidak mengangguk, tidak juga menggeleng, dia hanya diam. Ucapan Bayu itu memang ada benarnya, jika dirinya juga memang sering telat masuk kelas dan terkadang tidak mengikuti beberapa pelajaran. Namun itu ada alasannya, Algian melakukan hal itu karena dia harus mengawasi dan mencari siapa saja yang melakukan hal-hal yang dapat mengganggu ketenangan sekolah.

Contohnya ketika bel masuk, Algian selalu berkeliling, seolah sedang berpatroli untuk mencari murid-murid nakal yang selalu membuat sebuah kejahatan. Seperti membully atau memalak. Karena disaat jam-jam pelajaran, banyak berandalan yang memulai aksinya itu karena suasana sekolah yang mulai sepi.

Sebenarnya Algian bukanlah berandalan yang sebenarnya, dia mendapatkan julukan itu dari orang-orang yang tidak tahu fakta sebenarnya. Yang mereka tahu Algian itu kejam, dia tidak akan segan-segan memukuli orang, tawuran atau bahkan membuat keributan, bahkan dia dijuluki ketua berandalan. Padahal, Algian melakukan semua itu karena sebuah alasan. Yaitu untuk melindungi sekolahnya.

"Eh, btw, lo tau 'kan kalau si Zeya udah balik?"

Mendengar kalimat itu mengudara, Algian menjatuhkan pisaunya ke lantai, dia menatap Bayu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

SOVEREIGNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang