SOVEREIGN 39

134 30 3
                                    

Keadaan kelas 11 IPA 2 cukup sunyi. Beberapa murid sedang memperhatikan seorang guru wanita muda berkacamata yang sedang menjelaskan materi pelajaran fisika.

Begitupun dengan Lanta, pemuda yang saat ini memakai kacamata itu cukup fokus memperhatikan materi baru yang gurunya itu jelaskan.

Sebenarnya biasanya kelas tidak akan sesunyi ini, namun dikarenakan guru yang mengajar bilang materi ini akan muncul di ulangan, entah mengapa semua murid di kelas ini mendadak jadi fokus.

Lanta baru ingat jika sekitar dua bulan lagi akan ada ulangan tengah semester. Sepertinya Lanta harus belajar lebih serius, dia tidak ingin ketinggalan banyak pelajaran, Lanta ingin mempertahankan nilai dan peringkatnya.

Namun baru beberapa menit pelajaran berlangsung, tiba-tiba saja terdengar suara ribut dari luar. Suara langkah sepatu terdengar berlarian di koridor dan semua murid di kelas 11 IPA 2 termasuk dengan sang guru yang sedang menjelaskan menolehkan kepala ke jendela.

Di luar sana banyak murid berlarian melewati kelas, mereka seperti sedang terburu-buru, membuat sebagian murid di kelas ini langsung bangkit dan mengintip keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"Ada apa ini, kenapa rame-rame?" Bu Marina bertanya kebingungan. Dia terpaksa menghentikan sesi mengajarnya, dan memilih untuk pergi menuju pintu.

"Bu, ada yang berantem!" Seruan itu berasal dari salah satu murid yang tadi mengintip.

Mendengar itu semua mulai heboh, mereka buru-buru berlarian keluar untuk melihat kejadian. Lanta masih terdiam di tempatnya, kemudian dia tidak sengaja bertemu pandang dengan Algian yang juga masih duduk diam di kursinya.

Di antara 26 murid, saat ini hanya mereka berdua yang tersisa di dalam kelas.

"Nggak ikut nonton?" Algian malah bertanya, yang tentu saja ditujukan kepada Lanta.

Kepala Lanta menggeleng, "bukan buat tontonan." Balasnya.

Algian terkekeh, dia kemudian bersandar pada kursi, dan kembali diam sambil menatap lurus ke depan. Sedangkan Lanta memilih untuk menulis materi yang ada di papan tulis.

"Apalagi coba yang mereka berantemin?" Ucapan  Algian itu cukup pelan namun masih terdengar oleh Lanta. "Paling abis ini cuman di bawa ke ruang BK, di tegur, di ceramahin, udah. Nggak ada hukuman palingan." Lanjut pemuda itu lagi.

"Kalau begitu, kapan jera-nya coba." Lanta menimpali sambil menggeleng prihatin.

Lanta sebenarnya jarang melihat ada murid yang sedang menjalankan hukuman. Padahal banyak murid nakal yang sering membuat ulah. Mereka paling-paling hanya mendapatkan teguran, kalaupun ada hukuman, mereka tidak pernah di awasi, sehingga murid yang mendapatkan hukuman itu memilih untuk kabur dan tidak menjalankan hukumannya.

"Ih, anjir, parah banget! Itu mah mereka harus di bawa ke rumah sakit! Mukanya pada bonyok parah!"

"Dan lo liat nggak tadi? Si Daniel bawa pisau? Dia pelajar, ngapain bawa pisau ke sekolah coba? Udah sinting tuh anak, psikopat keknya."

Obrolan yang terdengar cukup keras itu membuat Lanta menoleh, dia menatap dua orang gadis yang baru saja masuk ke dalam kelas. Terlihat mereka duduk di kursinya kembali sambil mengobrol dengan bergidik ngeri.

Lanta tentu saja bertanya-tanya, apa yang terjadi? Mengapa obrolan teman satu kelasnya itu terdengar mengerikan?

Pertanyaan itupun akhirnya terjawab kala Bayu tiba-tiba saja berlari masuk dan duduk di hadapan bangkunya Algian. Dia bercerita dan Lanta mendengarnya.

"Parah, Al!" Ujar Bayu menggebu-gebu, "adek kelas berantem. Parah banget! Gue nggak tau masalahnya apa, tapi berantem mereka tuh ngeri. Dua-duanya babak belur abis, darah dimana-mana. Terus yang lebih bikin gue syok, lo tahu? Salah satu dari mereka bawa pisau, dan hampir aja mau nusuk lawannya, untung aja keburu ada kepala sekolah!"

SOVEREIGNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang