SOVEREIGN 43

385 45 10
                                    

Algian berjalan menyusuri rak-rak makanan. Saat ini dia sedang berada di minimarket, membeli beberapa keperluan dapur, makanan dan juga minuman untuk diberikan kepada Sam. Rencananya Algian akan pergi ke rumahnya yang satu itu nanti.

Malam ini minimarket cukup sepi, sehingga Algian berbelanja dengan santai. Sampai akhirnya mata runcing Algian melihat seorang gadis yang duduk di depan minimarket, dia sedang memainkan ponsel di sana.

Algian merasa tidak asing dengannya. Oleh karena itu dia buru-buru menyelesaiakan membeli keperluannya lalu membayarnya di kasir. Setelah selesai dia berjalan keluar dan menghampiri gadis yang sedang duduk sendirian itu.

"Abiana?"

Algian memanggil seraya meletakan kantong belanjaannya di samping kursi, dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Abiana.

Abiana yang sebelumnya sedang menunduk untuk bermain ponsel akhirnya mendongak, dia menatap Algian cukup lama, kemudian dia membulatkan mulut dan matanya.

"Gue kira siapa!" Seru Abiana membuat Algian tertawa.

Menurut Algian, Abiana terlihat lucu. Apalagi ekspresi berpikirnya tadi, otaknya seakan- akan sedang loading saat melihat kehadiran Algian yang tiba-tiba.

"Lagi ngapain di sini sendirian?"

"Gue lagi beli sate, tuh." Abiana menunjuk gerobak yang ada di depan minimarket, di sana ada tukang sate yang sedang mengipasi satenya.

Algian pun manggut-manggut.

"Lo sendiri abis darimana?" Abiana balik bertanya, dia menatap pakaian yang Algian pakai.

Mungkin Abiana bertanya karena saat ini Algian memakai seragam taekwondo—atau bisa juga disebut dengan dobok.

"Gue abis latihan."

"Wow, lo anak taekwondo?"

"Ya, dulu gue sering ikut kejuaraan. Tapi sempet berhenti lama, dan akhirnya hari ini untuk pertama kalinya gue balik lagi."

"Kenapa sempet berhenti?"

Algian diam sejenak, dia menatap Abiana. "Gue ikut kejuaraan, dan gue kalah. Dari sana gue berhenti."

Abiana tertegun.

"Waktu itu gue pengecut karena nggak bisa menerima kekalahan. Makanya gue memilih buat berhenti karena nggak siap buat nerima kekalahan yang lainnya. Padalah kalau di pikir-pikir menang kalah dalam pertandingan itu 'kan harusnya udah biasa."

"Gue paham. Ya, kita selalu takut sama kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan nggak akan sesuai sama apa yang kita harapkan. Termasuk dengan kegagalan, itu hal yang paling pengen manusia hindari. Bahkan sebagian dari mereka, karena takut gagal, mereka milih buat nyerah di awal."

Algian merasa tertusuk dengan perkataan Abiana. Karena ucapannya memang ada benarnya. Dan sesuai dengan apa yang pernah Algian lakukan. Menyerah di awal.

"Kayak gue. Dulu gue pernah dapet nilai nol di pelajaran matematika. Jujur aja gue dulu benci banget sama matematika, gue nggak suka, karena ngitung itu bikin pusing. Dan saat gue dapet nilai nol itu, gue bener-bener putus asa dan rasanya pengen pasrah aja sama matematika. Gue bahkan nggak berniat buat memperbaiki nilainya karena gue takut bakalan dapet nilai nol lagi. Tapi, Lanta pernah bilang, apa yang bakal berubah kalau gue nyerah. Padalah gue belum berusaha dan belum menjalaninya. Justru gue harusnya belajar dari kegagalan itu, dan memulai usaha biar nggak dapet nilai nol lagi. Akhirnya gue pun memaksakan diri buat belajar lagi, dan di tes selanjutnya, gue nggak dapet nilai nol lagi, ya... cuman dapet tiga sih, tapi itu merupakan peningkatan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SOVEREIGNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang