SOVEREIGN 29

276 78 9
                                    

Algian melangkahkan kakinya menuju seekor kucing jalanan yang sedang bersantai sambil menjilati bulunya di pinggir jalan.

Sesampainya di sana, pemuda tinggi itu berjongkok lalu memberikan sekaleng makanan kucing kepadanya, membuat kucing itu langsung bangkit dan mendekatinya.

Algian bangkit berdiri, ia menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke arah seorang pemuda berkupluk yang sedang mengotak-atik ponsel.

"Gue liat-liat, lo nggak bisa lepas dari hp. Tapi giliran gue telepon enggak di angkat-angkat. Sok sibuk amat jadi manusia." Celetuk Algian sambil menghampiri Jay—pemuda yang masih menunduk untuk bermain ponselnya.

"Gue lagi daftar-daftar try out online buat latihan UTBK." Jawab Jay dengan santai.

Algian mendengus sebal, "apa nggak mabok ngerjain soal mulu?"

"Nggak mabok, cuman mimisan." Jawab Jay dengan tampang jujurnya.

Algian yang mendengar itu jelas saja tercengang, dia menatap kakak kelasnya tersebut heran sekaligus takjub.

"Serius lo, bang?"

Kepala Jay mengangguk, "ya... maklum Al.  Gue ngincer FK di univ negeri. Lagian liat kondisi sekolah kita, SNMPTN udah nggak bisa diharepin. Jadi gue bergantung sama SBMPTN." Katanya.

"Lo beneran pengen jadi dokter, ya?"

"Terus gue harus jadi apa? Dukun?"

"Ya, enggak gitu maksud gue. Cuman apa iya jadi dokter itu kemauan lo, bang? Gue liat-liat lo enggak ada minat sama bakat jadi dokter."

Kepala Algian terkena geplakan dari tangan Jay, membuat pemuda itu memegangi kepalanya sambil meringis. "Doain gue keterima kek!"

"Aamiin."

"Tapi kayaknya minta doa sama lo percuma, lo 'kan anak durhaka."

Algian lantas menoleh untuk menatap Jay yang sudah tertawa, "sorry bang, tapi lo mau gue pukul?" Tawar Algian sambil memegangi kepalan tangannya.

Jay lantas tertawa lagi, dia menggeleng. "Nggak ya, makasih."

Pada akhirnya mereka berdua pun sama-sama tertawa. Saat ini mereka sedang duduk di sebuah kursi yang ada di pinggir trotoar. Di depan mereka terdapat beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Kemudian langit malam yang dipenuhi oleh bintang-bintang itu menemani obrolan Algian dan Jay.

Punggung Algian bersandar pada sandaran kursi, lalu kepalanya menengadah untuk menyaksikan hamparan bintang langit malam.  "Lo udah punya tujuan di masa depan, bang. Semoga lo berhasil buat capai tujuan lo itu." Katanya tiba-tiba.

"Thanks. Gue harap lo juga bisa mencapai tujuan lo."

"Gue nggak punya tujuan."

Jay terdiam beberapa saat mendengar balasan Algian. Dia kemudian tersenyum seraya memasukaan ponselnya ke dalam saku.

"Semua orang pasti punya tujuan. Mungkin lo belum nemuin tujuan itu atau lo cuman belum yakin sama tujuan yang pengen lo capai." Kata Jay, "pesan gue cuman satu. Jangan ragu, dan lo harus bisa keluar dari zona nyaman lo itu."

SOVEREIGNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang