Setelah membantu Santo berjalan sampai ke pinggir jalan untuk menunggu ojek online, Algian pun memilih untuk pulang ke rumahnya. Tidak lupa dia mengambil skateboard miliknya yang sempat tertinggal di kursi tadi.
Saat ini skateboard yang Algian naiki sedang melaju menuju rumahnya. Sesampainya di depan sebuah gerbang tinggi yang cukup besar, Algian masuk ke dalam karena kebetulan gerbangnya tidak di tutup rapat.
"Selamat datang." Sapa satpam kala Algian melewatinya.
Algian hanya mengangguk dan terus berjalan melewati halaman rumahnya yang sangat luas. Meskipun sudah malam, tapi halaman yang dipenuhi oleh tanaman ini tidak gelap karena di terangi oleh lampu taman.
Ketika mendekati teras rumah, Algian melihat ada mobil hitam terparkir di depan sana. Mobil itu adalah mobil ayahnya, sehingga Algian menduga pasti saat ini sang ayah ada di dalam rumah.
Dan benar saja, ketika Algian masuk ke dalam, dia menemukan sang ayah yang berdiri di dekat dapur dan sedang berbicara kepada Firsa yang berada di sana sambil memegangi segelas air.
Samar-samar Algian mendengar percakapan mereka berdua.
"Kemarin ayah dapat laporan kalau kamu bolos les. Benar itu Firsa?" Giran bertanya.
"Firsa gak bolos, yah. Firsa kemarin izin."
"Kamu izin kemana, hah? Apa ada hal penting yang harus kamu lakuin selain les?!" Giran meninggikan suaranya, membuat Firsa menunduk dalam, "jawab, kemarin kamu kemana?!" Desak Giran tidak sabaran.
Firsa menelan salivanya, dia masih menunduk, tidak berani menatap Giran yang sedang menatapnya, "Firsa jengukin temen yang lagi sakit." Lirihnya.
Giran menatap Firsa tidak habis pikir, "cuman itu?! Apa itu sangat penting buat kamu?! Firsa, sekarang ini kamu harus fokus belajar! Jangan sampai kamu seperti Algian yang gagal dan suka membangkang. Kamu jangan contoh kakakmu itu!"
"Bang Al bukan orang yang gagal!" Seru Firsa dengan suara yang cukup tinggi, dia memberanikan diri untuk menatap ayahnya.
"Lalu apa? Dia sulit untuk di atur, dia sudah tidak bisa di harapkan!" Balas Giran murka, "dan kamu... kamu sudah berani membentak orangtua? Belajar dari siapa, hah?!"
Firsa mengepalkan tangannya, dia kembali menunduk dalam, "ma–maaf,"
Giran mengusap wajahnya kasar, "jangan sampai nilai dan peringkat kamu turun!" Pria itu menunjuk Firsa, menuntut. "Ayah bakal minta pak Samsi buat ngawasin kamu lebih ketat lagi." Lanjutnya.
Setelah mengatakan itu, Giran pun berlalu pergi menaiki tangga sambil mengeluhkan beberapa sikap Firsa.
Firsa yang masih ada di dapur mencengkram tepi meja di sampingnya, dia menunduk lalu terisak. Dia menangis.
Algian menghela napas panjangnya, dia berjalan menghampiri Firsa, menarik pelan lengan adiknya itu lalu membawa Firsa ke pelukannya.
Tangis Firsa pun semakin pecah, dia menangis pilu dipelukan Algian, mencengkram hoodie yang Algian pakai untuk melampiaskan kekesalan dan kemarahannya pada keadaan.
"Gue juga pengen bebas! Gue capek disuruh belajar dan di awasin terus." Lirih Firsa membuat Algian mengusap kepala adiknya penuh perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...