Algian mendudukan bokongnya di kursi kelas, dia membuka buku catatannya yang hanya baru diisi beberapa lembar saja.
Pemuda itu jarang menulis, jarang juga mengerjakan tugas. Sehingga banyak halaman kosong di buku catatannya.
Algian menghela napasnya, dia pun menutup buku catatannya kembali. Kini pemuda yang di pipinya dipasangi plester itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sambil membuka bungkusan permen.
Mata Algian terpejam ketika permen bergagangnya dia makan. Di dalam kelas sudah ada banyak murid yang berdatangan, tetapi mereka tidak membuat keributan, menciptakan ketenangan yang Algian inginkan.
Tak berselang lama, bel masuk berbunyi. Algian melirik jam tangannya, kemudian dia menoleh ke kursi di dekat jendela yang kosong.
Bangku yang biasanya di tempati oleh seorang pemuda tinggi tak berisi itu kini tidak ditempati.
"Tumben amat paketu belum dateng."
Celetukan itu membuat Algian meluruskan pandangan ke depan, ada Bayu yang baru saja datang dan duduk begitu saja di depan bangku Algian. Wajah Bayu dipenuhi beberapa luka lebam, membuat Algian teringat akan pertarungan kemarin melawan murid berandalan dari SMA Gerhana.
"Padahal kemarin, gue liat-liat dia nggak luka parah. Gue takjub ternyata paketu tuh jago baku hantam." Kata Bayu lagi, "dia juga nggak terlalu babak belur. Malahan gue deh yang kayanya paling parah." Lanjutnya sambil menoleh ke arah Algian.
Algian mengeluarkan permen bergagang yang sempat di kulumnya, dia menatap Bayu yang berada di depannnya, "jelek." Celetuknya.
"Apanya yang jelek?!"
"Muka lo."
"Bangsat." Umpat Bayu sambil mengangkat jari tengahnya ke arah Algian.
Algian hanya terkekeh meremehkan.
"Tapi serius itu paketu nggak sekolah? Jarang banget dia bolos begini, terakhir nggak sekolah waktu abis dipukulin si Santo." Ucap Bayu heran.
"Dia yang nggak sekolah, kenapa lo yang ribut?" Tanya Algian tak kalah heran.
"Masalahnya, nggak ada yang bantuin gue ngerjain tugas lagi!"
Mendengar jawaban itu, Algian mendecih. Dia kembali mengulum permennya sambil menoleh untuk menatap bangku yang biasanya Lanta tempati.
"Eh, Sam!"
Seruan Bayu membuat Algian menoleh lagi. Dia menemukan Sam yang memasuki kelas dan menghampirinya.
"Al, gimana keadaan lo?" Tanya Sam yang ditujukan kepada Algian.
"Gue baik-baik aja." Jawab Algian seadanya.
Bayu memicingkan matanya, "Algian doang yang di tanyain? Gue enggak? Pilih kasih amat!" Protesnya.
Sam mengalihkan tatapannya pada Bayu, "kalau lo, udah keliatan jelas lagi nggak baik-baik aja, jadi nggak gue tanya." Balasnya dengan santai.
"Anjir, Sam!"
"Mau ngapain ke sini?" Algian bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...