SOVEREIGN 25

358 80 7
                                    

Selama di skors, Algian menghabiskan waktunya di dalam kamar. Pemuda itu selalu duduk di kursi belajar dan menatap soal-soal di selembar kertas yang guru berikan.

Rasanya Algian tersiksa dengan soal-soal di atas mejanya sekarang, semua soal itu sudah seperti ujian membuat Algian ingin sekali membakar semua kertas tersebut.

Jika harus memilih antara membersihkan pasir kucing atau mengerjakan soal, Algian pasti memilih untuk membersihkan pasir kucing.

Berhadapan dengan soal-soal membuat Algian merasa stress. Saking jarangnya dia belajar, dia rasanya mau mual ketika melihat pertanyaan-pertanyaan mengenai pelajaran.

"Kalau gini terus gue jadi keliatan banget begonya." Decak Algian seraya meremas pulpennya dengan erat.

Pemuda berambut berantakan itu kemudian menghempaskan pulpennya ke atas meja, dia mengacak rambutnya dengan frustasi. "Bisa-bisa gue enggak naik kelas lagi."

"Mau gue bantuin?" Celetuk Sam yang sedari tadi hanya diam di atas kasur sambil membaca buku.

Tentu saja Algian menggeleng, "stop nawarin bantuan. Gue enggak mau makin bego." Tolaknya.

Sam terkekeh, "nanti rambut lo rontok kalau di acak-acak terus."

"Gue enggak peduli. Siapa tau dengan ngacak-ngacak rambut, otak gue jadi encer."

Sam hanya bisa tertawa kecil mendengar jawaban konyol dari Algian. Dia kembali membaca bukunya lagi.

Saat ini mereka ada di rumah utama. Algian dan Sam tidak kembali ke rumah almarhum sang ibu karena perintah sang ayah. Algian di paksa untuk tinggal dan melaksanakan tugasnya selama di skors. Lalu Sam pun di perintah untuk mengawasi Algian, sehingga tiap pulang sekolah dia pasti akan pulang ke rumah ini.

"Ah, gue kesel!"

"Kesel kenapa?"

"Si Santo muka setan itu, pasti dia bisa ngerjain soal-soal ini." Gerutu Algian yang kali ini meremas sebuah tip-ex, bibirnya berkerut kesal.

"Oh, iya. Gitu-gitu dia pinter. Di jurusan IPS nilai ujian semester kemarin dia peringkat tiga."

Mendengar fakta itu membuat Algian meremas tip-exnya semakin kuat. Entah mengapa dia jadi emosi karena merasa iri.

"Gue males ngakuin, tapi si Santo emang punya otak yang pinter. Cuman sifatnya aja yang titisan dajal." Komentar Algian.

"Sayang ya, dia enggak gunain kepinterannya. Dia terlalu obsesi sama kekuatan." Timpal Sam membuat Algian mengangguk.

"Kalau dipikir-pikir, gue pengen mukul dia lagi! Gue belum puas."


Algian melempar tip-ex-nya sambil mendengus. Dia pun bangkit dari duduknya dan meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal. "Gue butuh udara segar."

Setelah mengatakan itu, Algian menyugar rambutnya agar lebih rapi, dia pun pergi keluar kamar.

"Mau gue temenin?"

"Nggak usah."

Akhirnya setelah mengambil skateboard yang bersandar di dekat pintu, Algian pun berjalan keluar dari kamarnya.

SOVEREIGNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang