Itu karena ayah pengen kita hidup penuh dengan kebahagiaan tanpa ada rasa penyesalan saat nanti di masa depan.
Perkataan Firsa masih terngiang-ngiang di kepala Algian. Pemuda yang hanya memakai celana pendek selutut dan bertelanjang dada itu baru saja keluar dari kamar mandi.
Algian duduk di ujung kasur yang ada di kamarnya. Dia merenung, selama ini dia memang tidak terlalu dekat dengan sang ayah. Tetapi di lain sisi, sebenarnya Algian ingin membangun hubungan yang baik dengan ayahnya tersebut. Karena bagaimanapun juga, saat ini hanya ayah dan adiknya yang Algian punya.
Namun Algian tidak tahu harus memulainya darimana, Algian merasa jika dia terlalu banyak membuat sang ayah kecewa.
Entahlah, Algian sendiri merasa dirinya terlalu bodoh jika bersangkutan dengan perasaan dan tindakan. Dia selalu ingin mencuri perhatian sang ayah, tetapi cara dia selalu salah.
Tok... tok... tok...
Suara pintu yang diketuk membuat Algian menoleh, pemuda itupun mengambil kaos hitam polos dari lemari lalu memakainya.
"Masuk."
Pintu terbuka, menampilkan sosok pemuda yang masih memakai seragam SMA. Dia adalah Sam.
"Al, lo nggak pa-pa?"
Alis Algian terangkat satu, "nggak pa-pa apanya?"
"Lo tadi berantem sama si Santo 'kan?"
"Oh..." jeda Algian, "gue di skors tiga hari."
Sam terdiam, tak lama dia menghela napasnya lega. "Ya udah, selama itu lo istirahat aja."
"Boro-boro. Ada tugas yang harus gue kerjain."
"Biar gue aja yang kerjain."
"Jangan!" Sahutan itu berasal dari Firsa yang baru saja datang, dia berdiri di samping Sam sambil berkacak pinggang. "Biarin aja kerjain sama bang Algian sendirian, kalau dibantuin entar di nggak pinter-pinter." Cetusnya.
"Siapa juga yang minta dikerjain." Balas Algian membuat Firsa tertawa kecil.
Gadis yang rambutnya terurai itu kemudian menoleh ke arah Sam sambil tersenyum lebar, "btw Sam, lo apa kabar?" Tanyanya seraya memeluk Sam sekilas.
Meskipun mereka jarang bertemu, tetapi Firsa sudah menganggap Sam sebagai keluarganya sendiri. Sehingga Firsa merasa senang ketika melihat Sam setelah sekian lama mereka tidak bertemu.
"Gue baik. Lo gimana?"
"Gue juga baik, kok." Jawab Firsa. "Lo mau minum apa?"
"Enggak usah repot-repot, gue di sini sebentar, kok."
"Jangan gitu. Lo nginep di sini aja kali-kali. Gue ke bawah dulu. Lo suka susu 'kan ya? Kebetulan ada stok, gue ambilin ya!"
Sam terkekeh mendengar Firsa mengetahui minuman favoritnya, pemuda itu lantas menganggukan kepalanya.
Akhirnya Firsa pun pergi, dan Sam pun di suruh masuk ke dalam kamar oleh Algian. Kini Sam duduk di kursi belajar Algian, sedangkan Algian duduk di pinggir kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...