"Eh, tadi di lapangan ada adik kelas yang berantem, tau!"
Kalimat itu terdengar oleh Algian yang sedang duduk di tempatnya. Dia menoleh ke sebelahnya, yang dimana di sana ada dua orang perempuan yang merupakan teman satu kelasnya sedang duduk berhadapan.
"Lo nonton?" Tanya gadis berkepang satu.
"Nonton lah! Seru, anjir! Tapi sayang ada guru yang misahin." Balas gadis yang rambutnya lurus terurai.
"Guru? Yakin lo? Biasanya mereka tutup mata kalau ada yang kayak gitu." Kekeh si gadis berkepang satu seolah tidak percaya.
"Ini guru baru, kayanya guru honor gitu deh. Pak Niki namanya, ganteng sih tapi suaranya nyeremin. Mukanya juga tadi nakutin pas misahin adik kelas yang lagi gelut itu."
Kepala Algian menoleh untuk menatap lurus ke depan, percakapan yang sempat di dengarkannya itu kini mulai dia abaikan karena kurang menarik. Pemuda bermata runcing yang sedang menikmati permen bergagang mulai memperhatikan teman-teman satu kelasnya.
Keadaan kelas cukup ribut, ada yang bergosip, ada yang sedang mencorat-coret meja dan papan tulis, ada juga yang anteng membaca buku sendirian.
Orang yang membaca buku itu adalah Lanta, pemuda yang saat ini memakai kacamata itu terlihat serius dengan bacaannya, dia bahkan mengabaikan orang-orang yang membuat keributan di sekitarnya.
Sampai akhirnya perhatian Lanta dan juga Algian teralihkan kala seseorang berseru dari arah pintu kelas.
"Ketua kelas IPA dua dipanggil sama bu Semi!" Seru seorang pemuda berambut cepak. Sepertinya dia dari kelas sebelah.
Algian bisa melihat Lanta menutup bukunya dan menaruh kacamatanya, lalu Lanta bangkit berdiri dan mulai pergi.
Ah, Algian baru menyadari jika pemuda tinggi tak berisi itu merupakan ketua kelasnya di kelas 11 IPA 2. Lanta memang pintar, selain menduduki peringkat pertama di angkatan, dia juga menjabat sebagai ketua kelas.
Meskipun pemuda itu tidak pernah mendapatkan perhatian teman-teman satu kelasnya, dan mereka sering membuat keributan, Lanta melaksanakan tugas sebagai ketua kelasnya cukup baik.
Mungkin sifat yang harus dia kurangi adalah sifatnya yang sering pasrah dengan keadaan. Selama Algian satu kelas dengannya, Algian tidak pernah melihat atau mendengar Lanta menegur teman-temannya yang membuat keributan di saat jam pelajaran. Mungkin selain dia takut, dia juga merasa enggan, karena murid-murid di kelasnya sulit untuk di atur.
"Al, ini minuman lo."
Nawan datang sambil menyimpan dua kaleng soda di atas meja Algian.
"Oke, thanks." Ucap Algian.
"Itu, anu... lo di panggil bang Jay." Ucap Nawan lagi. "Dia di tempat biasa." Lanjutnya.
Algian mengangguk dan akhirnya pemuda tinggi bermata runcing itu bangkit berdiri sambil mengambil satu kaleng soda yang ada di atas meja, "satu lagi buat lo." Serunya kepada Nawan.
Pemuda bersurai hitam itu kemudian benar-benar keluar kelas sambil menikmati sekaleng soda. Dia berjalan sendirian di koridor yang cukup ramai. Banyak siswa dan siswi yang berkeliaran, padahal sekarang masih jam pelajaran.
Murid-murid SMA Yudistra memang sangat sulit untuk disiplin, sebagian dari mereka bahkan ada yang bolos pelajaran secara terang-terangan. Meskipun sudah di tegur pun, mereka tidak akan mendengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOVEREIGN
Teen FictionIni adalah pertarungan antara si lemah dengan si kuat. Di sekolah ini terdapat persaingan yang sangat ketat. Mungkin untuk sebagian orang, menjadi pintar adalah kunci utama untuk meraih posisi pertama. Namun, hal itu tidak berlaku di SMA Yudistra...