40. Map putih

428 45 0
                                    

Mohon maaf jika ada typo yang mengganggu di sepanjang cerita 🙏

Nb : mendekati ending! Dukungan dan semangat sangat membantu penulis. Terima kasih 🙏

Vote dulu lalu membaca
Happy reading 🌹

-----------

"Aku yang sering kamu sebut beruang es ini tidak tahu cara menyatakan perasaan cinta yang baik dan benar."

~~~

Hari hari kemarin yang menurutku sulit ku jalani akhirnya mampu ku lewati. Meski banyak sekali pengorbanan dariku serta orang terdekatku. Akhirnya hari itu benar benar ada, hari yang sangat ku nanti semuanya telah terbongkar. Misiku yang ku rasa sia sia berakhir sesuai rencana. Ayah, paman sandi, bang aldo bahkan teman teman bang aldo ikut membantu misiku.

Hari ini lala sadar dari komanya. Iya, operasinya berjalan dengan lancar walaupun setelah oprasi kondisi tubuhnya belum bisa dikatakan baik baik saja.

Tepat hari ini juga aku mulai masuk sekolah lagi. Bukan untuk belajar seperti biasanya, melainkan berpamitan pindah sekolah ke SMA 07 sesuai perjanjianku dan ayah. Cukup berat, namun aku yakin keputusan ini pasti ada baiknya. Dengan begitu aku bisa terlepas dari bayang bayang almarhumah ibuku dan bisa mengiklaskan beliau.

"Turun sini ya," suara ayah barusan menyadarkanku telah sampai didepan sekolah. Namun ayah berhenti sedikit jauh dari gerbang sekolah.

"Nanti ayah kesini lagi jam berapa?"

"Nanti aku kabari yah," jawabku singkat.

"Oke, kalau begitu ayah balik ke rumah dulu."

"Yang di rumah sakit siapa yah?" Tanyaku sepontan.

"Ehh ada suster kok yang--"

"Yah, kasihan lala. Kalisa udah menganggap dia seperti adikku sendiri, sudah seperti jojo. Aku sudah melupakan semuanya yah, meskipun lala bersalah tapi dia tidak tau apa apa." Ayah tertegun mendengar kalimatku, namun dari matanya sudah berubah sendu.

"Sekarang lala sudah tidak punya siapa siapa lagi. Jaga lala yah, kasihan dia. Bawa dia bersama keluarga kita," ucapku tak terasa mataku mulai berkaca kaca. Ayah tersenyum lalu mengusap puncak kepalaku.

"Kamu sekarang sudah dewasa. Ayah bangga punya kamu lis." Lalu aku dan ayah saling memeluk penuh kasih sayang. Air mataku akhirnya keluar.

"Iya, ayah akan membawa lala ke keluarga kecil kita."

Ada rasa lega bercampur bahagia setelah mendengar perkataan itu keluar dari mulut ayahku. Sekarang tidak ada lagi yang aku khawatirkan. Aku turun dari mobil setelah bersalim pada ayah. Lalu berjalan dengan senyum paling tulus melewati gerbang sekolah sampai depan pintu kelas.

Biasanya aku paling tidak suka jadi bahan omongan sampai topik utama, namun kali ini berbeda. Seisi kelas memang benar menatapku tapi seakan peduli dan khawatir terhadapku. Bukan hanya tatapan namun aku disambut dengan senyuman tulus dari teman temanku. Ada yang takut ingin bertanya, ada juga yang berani langsung bertanya. Intinya mereka ingin tahu cerita jelasnya kejadian yang telah menimpahku.

"Selamat pagi anak anak!" Sapa bu ani mengagetkan seisi kelas. Sontak semuanya bergegas ke tempat duduknya masing masing.

"Pagi buuu," jawab teman teman kompak. Namun ada suara cowok yang lebih dominan. Kedua cowok itu baru masuk kelas dengan wajah tidak berdosa. Mereka adalah bima dan bintang.

Keduanya sempat menoleh ke arahku lalu tersenyum manis. Beberapa detik kami saling memandang sebelum decakan bu ani menyadarkanku. Untung hanya sebuah decakan.

Misi Kalisa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang