Untuk yang kedua kalinya siapkan hati untuk membaca :(
Vote dulu lalu membaca
Happy reading 🌹----------
"Duka semalam belum usai.
Air mata mana lagi yang harus ku keluar kan?"~~~
Nyamuk berterbangan layaknya merayakan sebuah party. Berkali kali aku menepuk tangan, kaki bahkan pipiku. Tapi tidak ada satupun nyamuk yang berhasil aku pukul, malah yang ada sakit semua badanku. Sudah jam berapa ini yang ku nanti tak kunjung datang.
Sepertinya aku hanya ketemuan dengan ibu arumi malam ini, namun mengapa yang datang malah angin kencang beserta gemuruh petir. Benar gudaanku, bintang telah menghilang tertutup mendung. Kini langit pun semakin gelap.
Dimana ibu arumi?
Sudah satu jam aku setia duduk sendiri di tempat duduk yang panjang. Suara ramai anak kecil bermain kini tidak lagi terdengar, mereka dipanggil ibunya untuk segera pulang ke rumah. Kini aku benar benar sendiri, hanya sedikit orang yang berlalu lalang di dekat taman.
Sampai kapan aku harus berdiam seperti patung disini. Apa aku harus menunggu hujan baru pergi meninggalkan taman ini? Seperti sebelum sebelumnya, tiap ketemuan dengan bu arum nomernya selalu tidak aktif. Kebayang betapa kesal, muak dan marah menjadi satu rasanya.
Ayo datang bu! Jangan membuat rasa percayaku hilang. Jangan sampai keraguanku malah membuatku yakin, kalau bu arum lah seorang dibalik penyebab ibuku meninggal.
"Kalisa!"
Aku mendongak kaget mendengar ada seseorang yang memanggilku. Pasti orang tersebut bu arum. Tetapi dugaanku keliru, suara itu bukan lah milik bu arum. Suara itu milik gadis manis, lugu dan berkaca mata. Dia adalah temanku, dia adalah Asila atau biasa dipanggil lala.
"Kamu ngapain disini?" Kini lala duduk di sebelahku.
"Hmm gue ya sering disini la, kan emang dekat sama rumah gue," ucapku sambil berpikir cepat mencari ide. Lala hanya mengangguk paham.
"Lo sendiri ngapain disini?"
"Aku dari belanja mau pulang, terus lewat sini ehh nggak taunya ada kamu. Ya udah aku berhenti sebentar," ucap lala menjelaskan.
"Emang sering lewat sini? Lo sendirian?" Tanyaku masih penasaran. Aneh saja jika lala lewat jalan ini, karena ini bukan jalan umum.
"Aku bareng pak supir, tu orangnya beli nasi goreng. Sering banget lewat jalan sini cuma beli nasi goreng di situ," lala menunjuk penjual nasi goreng kaki lima diseberang jalan.
"Kamu sendirian aja dari tadi?"
"Ehh iya gue--"
"Oh iya, katanya tadi kamu sakit ya. Sampai bu arumi yang mengijinkan. Sekarang gimana keadaan kamu, sa?" Seketika lala ingat dan melupakan pembahasan tadi.
"Udah membaik kok la," jawabku singkat. Ia sekedar reseponku dengan ber-oh ria.
"Ya udah aku duluan ya, kayanya supirku udah selesai deh. Kamu nggak mau pulang, mendung lo ini."
Bibirku kaku, bingung hendak menjawab apa. Jangan sampai lala tau kalau aku sedang menunggu bu arumi di sini.
"Iya ini gue juga mau pulang kok la," sahutku dusta.
"Oke, aku pulang dulu ya sa. Sampai bertemu besok. Dadaaa," pamit lala tersenyum geli melihat tingkahnya sendiri bagaikan anak kecil.
Tak lama air dari atas langit akhirnya terjatuh. Sekejap saja bajuku telah basah karena hujan deras. Ini lah yang aku takut kan. Bukan hujan, bukan petir ataupun air, tetapi aku takut jika keraguanku menjadi keyakinan yang benar adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misi Kalisa (End)
Teen Fiction"Ngapain lo!" Suara seseorang menyadarkanku, membuatku berbalik lalu menatapnya intens. Cowok belagu lagi. "Menurut lo, gue ngapain disini?" Ucapku setelah satu detik mencoba setenang mungkin. Dia menatap langit langit perpustakaan. Lalu menatapku k...