Vote dulu lalu membaca :)
Happy reading 🌹----------
Bagimana aku bisa mempercayai musuhku sendiri?
Namun apakah itu sebuah kebenaran? Atau sebuah jalan agar aku masuk perangkapnya.~~~
Aku melemparkan tas ke sembarang arah. Matahari mulai redup dan malam akan tiba. Jika kata lelah mempunyai tingkatan lagi, mungkin aku membutuhkan kata itu. Seorang membuka pintu kamarku teramat pelan, mungkin takut jika aku terganggu.
"Baru pulang?"
Sapa ayah pertama kali melihatku tergeletak di kasur. Seperti seseorang yang capek setelah perjalanan jauh.
"Iya yah," sahutku singkat.
"Oh ya tadi ada teman kamu kesini, karena kamu lama dia pulang deh akhirnya," kata ayah membuatku terduduk dari posisi tidurku.
"Siapa yah?"
"Katanya dia kakak kelasmu. Apa nggak ada yang nelpon atau chat kamu?" Tanya ayah menyelidik. Aku hanya menggeleng pelan sambil mencoba mengingat ingat.
"Namanya hana."
"Hana? Hana ke rumah yah?" Sontak aku kaget mendengar nama itu muncul kembali.
"Iya. Oh iya, anak itu bukannya yang nyelakain kamu sampai masuk rumah sakit? Genk berandalan yang sering bully adik kelas itu?" Ucap ayah seperti baru mengingat hana.
"Beneran hana ke rumah ya?" Aku malah bertanya tanpa menjawab pertanyaan ayah terlebih dulu.
"Ayah lupa juga soalnya, ayah bertemu hana sekali pas mau diout dari sekolah. Tapi tadi kok seperti bukan hana ya? Tapi kayanya iya deh, " Ayah menjawab pertanyaannya sendiri.
"Hana yang dulu ayah tau itu anaknya berandalan, makeup menor dan nggak ada sopannya sama sekali. Tapi tadi itu beda . ."
Aku semakin saksama mendengar penjelasan ayah.
"Kalem, sopan banget ke ayah, pakaiannya tertutup, makeupnya biasa saja. Beda banget pokoknya," jelas ayah usai.
Apa beneran hana ya?
"Bukan hana kali yah," aku berpendapat.
"Dia hana Kalisaa. Katanya dia sudah chat kamu tapi nggak dibalas," ucap ayah kembali.
Gggrr sial! Cewek tadi beneran hana. Apa sebaiknya aku temui dia sesuai permintaannya. Mau apa lagi cewek terkutuk itu.
~~
"Hai kalisa," sapa lala ceria ketika aku baru memasuki kelas. Aku membalasnya dengan senyuman.
Suasana kelas ramai seperti biasanya. Namun bedanya hanya berita atau topik gibahan hari ini. Topik utama kali ini adalah . .
"Sa, kasusnya tiara yang keracunan udah beres!" Sahut lala girang.
"Sa, kenzo nggak masuk sekolah. Dia sakit!" Timpal tiara tiba tiba muncul dengan nada khawatir.
Hening. Kami bertiga saling menatap bergantian. Topik mana yang lebih utama dibahas? Tiara saja yang mempunyai masalah malah membahas kenzo.
"Kasus lo udah beneran beres?" Tanyaku kali ini ke tiara.
"Iya iya. Nanti jenguk kenzo ya sa," jawab tiara masih memprioritaskan kenzo. Spesial sekali cowok dingin itu dimata tiara.
"Gimana ceritanya kepala sekolah dan guru bk menganggap kasusnya udah selesai?" Aku masih kekeh bertanya walaupun dibaikan dengan tiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misi Kalisa (End)
Teen Fiction"Ngapain lo!" Suara seseorang menyadarkanku, membuatku berbalik lalu menatapnya intens. Cowok belagu lagi. "Menurut lo, gue ngapain disini?" Ucapku setelah satu detik mencoba setenang mungkin. Dia menatap langit langit perpustakaan. Lalu menatapku k...