Klik dulu ya ⭐
Satu vote dari kalian adalah seratus energi untukku untuk melanjutkan cerita ini. Terima kasih 🙏
Happy reading 🥰----------
"Sejak kapan aku gugup dihadapannya?"
~~~
Pelajaran pertama di kelas IPA 1 sangat lah hening. Hanya terdengar suara kipas angin dan detik jarum jam dinding. Pasalnya pak andik lah yang mengajar mapel matematika. Sama juga si seperti sebelumnya. Tapi kali ini suasana lebih mencekram ketika pak adik menulis soal di papan tulis.
"Silahkan yang sudah ketemu jawabannya maju ke depan!"
"Kecuali kenzo. Bapak bosen kenzo terus yang selalu maju," pintah pak andik ke seluruh anak muridnya.
Jantungku berdetak tidak karuan, apa lagi suasana sepi seperti ini meningkatkan rasa takutku. Takut ditunjuk maju. Mana soalnya sulit banget lagi. Biasanya juga sering dikasih soal seperti ini sama kenzo, tapi tidak sampai sejam sudah hilang diotakku.
"Oke, karena tidak ada yang maju. Bapak langsung tunjuk saja!"
Demi apapun jantungku ingin meledak rasanya. Aku menunduk pura pura mengerjakan walaupun nulis rumus aja ku coret coret dari tadi. Ya Allah lindungi hambamu yang lemah matematika ini.
"Kamu cewek paling belakang, yang nunduk dari tadi. Ayo maju!" Saru pak andik menunjuk ke arahku.
Mati deh gue mati!
"Iya kamu. Ayo maju!" Pinta pak andik meyakinkanku ketika aku mendongak menatap beliau.
Dari tiga puluh siswa di kelas, kenapa yang ditunjuk harus gue sih! Grrr!
"Saya pak?" Sahut tiara tiba tiba seperti memastikan pak andik. Aku menoleh ke samping, wajah tiara juga menunjukkan ketakutan yang sama sepertiku. Tapi tetaplah aku yang paling takut.
"Bukan! Tapi berhubung kamu yang menawarkan diri, ya udah silahkan maju!"
"Ya tapi pak saya--"
"Udah maju aja bawa jawaban kamu!" Sahut pak andik kali ini ke tiara.
Tiara berjalan menuju pak andik, sempat ia menoleh ke arahku sekilas menampilkan wajah takutnya. Apa lagi kini tiara menjadi pusat perhatian teman teman. Aku bernafas lega. Akhirnya aku nggak jadi mati berdiri.
Pak andik yang tadi wajahnya tegang kini berseri. Ia tersenyum simpul melihat jawaban dari tiara. Lalu ia menyuruh tiara menyalin jawabannya di papan tulis. Sepertinya jawaban tiara benar.
"Nah benar! Nama kamu Sinta Mutiara ya?" Tanya pak andik setelah tiara menyalin jawabannya di papan tulis.
"Iy iya pak," ucap tiara gugup.
"Kamu dapat point tambahan," ucap pak andik.
"Terima kasih pak," sahut tiara bahagia lalu duduk kembali dibangkunya.
"Alhamduillah ra, lo dapat nilai tambahan!" Pekikku ikut bahagia tapi suaraku ku atur sepelan mungkin.
"Seharusnya lo yang berdiri ngerjain soal, bukan gue!" Sahut tiara jengkel dengan suara minim. Aku hanya menyengir tak berdosa.
"Untung jawaban gue bener. Coba kalau salah, bisa sejam gue berdiri. Mana dari tadi kenzo ngelihatin gue terus!" Tiara mengomel tidak terima.
"Ya tapi kan jawaban lo udah bener. Pinter deh lo sekarang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Misi Kalisa (End)
Teen Fiction"Ngapain lo!" Suara seseorang menyadarkanku, membuatku berbalik lalu menatapnya intens. Cowok belagu lagi. "Menurut lo, gue ngapain disini?" Ucapku setelah satu detik mencoba setenang mungkin. Dia menatap langit langit perpustakaan. Lalu menatapku k...