Siapkan hati untuk membaca. Di chapter ini ada beberapa bagian yang menceritakan flashback.
Vote dulu lalu membaca.
Happy reading 🌹-----------
"Jangan terlalu cepat menilai baik atau buruknya seseorang."
~~~
+6281233098xxx
"Besok pagi ditunggu non hana di rumah sakit. Non hana sudah sedikit membaik."
Lagi lagi aku membaca pesan dari nomer asing. Siapa lagi ini. Menyuruhku datang untuk menjenguk hana kembali. Ggrrr!! Percuma kalau sampai sana diusir.
Aku abaikan pesan itu. Aku yakin orang tersebut hanya bermain main denganku. Dia pikir dia siapa, berani beraninya mempermainkanku seperti ini.
Kling!
Ponselku berbunyi lagi. Pertanda ada pesan baru.
+6281233098xxx
"Balas sa. Gue hana."
Aku terdiam. Tidak mungkin. Hana saja masih baru sadar, mana mungkin mengirim pesan kepadaku. Aku abaikan ponselku dengan menaruhnya di laci dekat lampu tidur. Iya, aku bersiap tidur karena sudah lewat jam sembilan malam.
Dering teleponku berbunyi, kali ini berbeda dari yang pertama. Pertanda ada yang menelepon. Aku melihat deretan nomer yang terdapat di ponselku. Nomer itu nomer asing yang baru saja mengirim pesan padaku.
Tut!
"Hallo?" Sapaku setelah menggeser tombol hijau.
"Haa hallo, kalisa?"
Sunyi. Sepertinya aku tahu siapa pemilik suara itu.
"Ka kalisa," suara di seberang sana terdengar gemetar.
"Iya, lo . . Hana?"
Sekilas aku mendengar deheman semangat.
"Gue hana. Be besok bi bisa ke rumah sakit, sa?"
"Ehh gue--"
"Besok pa pagi gue tunggu sa," ucapnya terbata.
Bagaimana aku bisa menjenguk hana, sedangkan orang lain selain keluarganya tidak boleh masuk.
Tut!
Panggilan berakhir. Aku belum sempat bilang kalau tadi pagi sudah menjenguknya tapi tidak diperbolehkan. Lalu bagaimana jika besok aku mau menjenguknya lagi?
~~
"Kamu kembali lagi. Kamu pikir saya lupa dengan wajah kamu, ha?! Saya sudah bilangkan, tidak ada yang boleh masuk kecuali keluarga bapak widianto dan almarhumah ibu arumi!"
Sudah ku duga. Kejadian ini bakal terjadi dan aku mengulanginya kembali. Bapak bapak berbadan besar kemarin kembali lagi.
"Paham!"
"Saya hanya ingin menjenguk hana. Dia semalam telepon saya, pak. Hana yang menyuruh saya kesini," sahutku mencoba setenang mungkin.
"Non hana belum sadar! Sekarang kamu pulang!" Bentaknya keras.
"Pak, saya hanya ingin bertemu sebentar pak!"
"Kalau nggak bisa ya nggak bisa!"
"Ada apa ini?!" Supir hana keluar dari ruang rawat.
"Non kalisa," beliau sedikit terkejut melihat kehadiranku. Aku menyapanya dengan senyuman.
"Silahkan masuk, non hana sudah sadar dari kemarin mencari non kalisa terus," ucap supir hana antusias membuka pintu ruangan untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misi Kalisa (End)
Teen Fiction"Ngapain lo!" Suara seseorang menyadarkanku, membuatku berbalik lalu menatapnya intens. Cowok belagu lagi. "Menurut lo, gue ngapain disini?" Ucapku setelah satu detik mencoba setenang mungkin. Dia menatap langit langit perpustakaan. Lalu menatapku k...