34. Babas?

347 49 0
                                    

Mohon maaf jika ada typo yang mengganggu di sepanjang cerita 🙏

Vote dulu lalu membaca
Happy reading 🌹

-----------

"Bagaimana aku bisa percaya dengan orang yang kabarnya sudah tiada"

~~~

"Nggak, nggak mungkin!" Aku berbicara sendiri saking terkejutnya.

"Lo berhak nggak percaya. Tapi gue belum mati, gue masih hidup!" Ucap cowok tersebut malah membuatku shock luar biasa.

PRAANGG!!

Suara kipas angin tertajuh menghantam cermin. Aku tidak sengaja menyengol hingga kakiku turut menjadi korban. Cairan merah kental keluar dari kakiku terus mengalir deras.

"Aaww!" Aku berusaha meraih apapun agar darah di kakiku berhenti mengalir.

Ku lihat cowok tersebut sudah tidak ada. Dimana dia? Anjir! Kenapa aku seperti berhalusinasi. Atau jangan jangan cowok berusan memang bukan manusia? Dia arwah yang bergentayangan.

"AAAAKK!!"

Aku teriak histeris ketika cowok tersebut tiba tiba muncul dihadapanku. Ia pun kaget, bahkan ia melemparkan obat obatan yang ia bawa. Aku mengambil kasa yang terjatuh didekatku, lalu ku tutup luka di kakiku agar daranya tidak mengalir terus menerus.

"JANGAN MENDEKAT!"

Aku melempar apapun yang ada didekatku ke arahnya. Sambil mundur ketakutan dan terus berteriak histeris. Sedangkan yang diteriaki tetap berada diposisi tidak bergerak. Hanya saja ia menghindar dan menangkis barang barang yang mengenainya.

Tiba tiba terlintas pertanyaan yang baru aku ingat.

"Kenapa gue ada disini?!"

Hening. Cowok itu menatap lurus kedepan namun dengan tatapan kosong. Perasaan dan pikiranku mulai tidak sejalan. Bagaimana bisa cowok ini masih hidup?

"Lo mau ngapain gue! Kenapa gue disini sama lo!" Aku histeris tidak karuan.

"Jangan jangan . . Gue udah mati--" aku menjawab pertanyaanku sendiri persis seperti orang tidak waras.

"Woy! Lo masih hidup! Sadar kalisa!" Teriak cowok itu semakin geram.

"Nggak! Nggak mungkin!" Aku ikut berteriak ketika cowok tersebut semakin mendekatiku.

"Lo denger ya, gue nggak mati! Gue masih hidup, kita masih hidup!" Bentaknya.

"Ni kaki gue masih nginjek lantai. Lihat tuh, tuh!" Cowok tersebut menghentak hentakan kakinya keras. Aku sedikit percaya namun masih ada perasaan takut.

"Ke .. kenapa gue ti .. tiba tiba ada disini?" Aku gelagapan saat bertanya.

"Gue nolongin lo pingsan waktu mau diculik. Dan ternyata, yang nyulik lo itu teman lo sendiri. Tapi untung gue berhasil bawa lo lari. Gue langsung masukin lo ke mobil dan bawa lo kesini, di apartemen gue," ucapnya sambil melihat sudut sudut ruangan yang tidak layak disebut apartemen.

"Ya walaupun mirip gudang si," lanjutnya lagi.

"Dia dan anak buahnya sempat ngejar gue. Tapi nggak tau sekarang, kayanya mereka masih ada disekitar sini," ujarnya lagi memperjelas.

Aku diam mencerna setiap kalimatnya. Otakku berpikir keras.

"Kok lo diam si!" Sentaknya mengagetkanku. Aku merespon dengan gelengan pelan namun pikiranku berada dimana mana.

Misi Kalisa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang