Vote dulu ⭐
Kemudian bacaHappy reading guys 🤩
-----------
"Aku terlalu tertuju dengan tujuan utamaku, sampai tidak tersadar dengan orang sekitarku."
~~~
"Bagaimana keadaan kamu kalisa? Sudah membaik?"
Sapa pertama ibu arini bertanya dengan nada khawatir. Aku sudah berada di ruang guru, tapatnya duduk berhadapan dengan beliau. Layaknya mengikuti kuis, aku sudah siap dengan pertanyaan berikutnya.
"Alhamdulillah sudah membaik bu."
"Alhamdulillah syukur deh kalau begitu," ucap bu arini ikut bahagia.
"Kamu jaga kesehatan, jangan berpikir yang berat berat dulu. Ibu sudah melupakan perjanjian awal. Tinggal kamu nurut saja sama ibu ya," ucap bu arini membuatku bingung.
"Maksudnya perjanjian awal, perjanjian apa bu?"
"Tiara sudah lepas dari tutor kenzo, nilai matematikanya sudah membaik. Tinggal kamu saja kalisa. Ini sudah satu bulan lebih tapi ibu sangat mengerti dan memaklumi. Ibu beri waktu tambahan ke kamu untuk belajar ke kenzo ya," jelas ibu arini membuatku sedikit kaget.
"Saya harus belajar bersama kenzo bu?"
"Tidak apa apa kan? Kali ini ibu tidak membatasi waktu sampai kapan. Tapi kalau bisa secepatnya kamu mendapat nilai yang lebih baik. Mengerti kamu kalisa?" Ucap bu arini dengan nada lembut.
"Iya bu, saya mengerti," ucapku dengan terpaksa menyetujui.
"Kalau begitu kamu bisa kembali beristirahat," ucap bu arini mempersilahkan aku pergi.
Ketika aku hendak pergi, pandanganku teralihkan oleh sebuah foto yang terselib di buku catatan bu arum. Aku melihatnya lebih teliti lagi. Aku sedikit terkejut dengan sebagian foto yang terlihat dari luar. Mataku tidak mungkin keliru, itu adalah foto ibuku.
"Kamu lihat apa kalisa?" Tanya bu arini heran.
"Itu foto siapa bu?" Tanyaku sepontan sambil melihat ke arah foto yang terselib di buku.
"Ini?" Bu arini mengambil sebuah foto tersebut sambil menunjukkan kepadaku.
"Ini ibu, satu tahun yang lalu. Masih cantik kan ibu," ucap bu arini dengan percaya dirinya. Aku hanya tersenyum garing, padahal bukan itu yang aku maksud.
"Iya bu. Sekarang juga masih cantik kok bu," ucapku basa basi.
"Ah, kamu bisa saja," jawab bu arini tersipu malu.
Sebisa mungkin aku memperlihatkan wajah senangku dengan senyum palsu. Walaupun dalam hati geli sendiri aku berkata dusta yang sedikit berlebihan. Aku kembali melihat foto tersebut lebih dekat.
Dari sisi kanan bu arini, dari sisi kiri bu arum dan ibuku, lalu yang tengah seorang cowok memakai kaos basket sambil memegang piala.
"Ganteng ya cowok yang megang piala? Sayang anaknya sudah tiada," ucap bu arini dengan nada sendu.
"Maksudnya? Cowok ini sudah me--"
"Namanya Baskara, dia meninggal karena insiden perkemahan di hutan tahun lalu. Dia terjatuh di sebuah jurang yang sangat dalam. Hingga sampai sekarang jasatnya tidak dapat ditemukan," jelas bu arini panjang.
"Tidak ditemukan? Hilang?" Sahutku penasaran.
"Mungkin iya, mungkin juga tubuhnya sudah dimakan binatang buas. Tim sar, polisi dan semua pihak yang ikut mencari sudah kewalahan. Keluarganya pun sudah mengikhlaskan kepergian baskara. Saya tidak akan melupakannya, dia anak yang baik, pintar dan juga berpestasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Misi Kalisa (End)
Teen Fiction"Ngapain lo!" Suara seseorang menyadarkanku, membuatku berbalik lalu menatapnya intens. Cowok belagu lagi. "Menurut lo, gue ngapain disini?" Ucapku setelah satu detik mencoba setenang mungkin. Dia menatap langit langit perpustakaan. Lalu menatapku k...