14. Pembalasan!

438 43 0
                                    

Siapkan hati untuk chapter ini.

Vote dulu guys
Happy reading🌹

----------

"Gue nggak pernah takut sama lo!"

~~~

"Jadi apa sebenarnya maksud kamu ingin sekali bertemu dengan saya?"

Suara bu arum sebenarnya biasa saja. Tapi entah mengapa untuk saat ini sangat mencengkeram di telingaku. Bayangkan saja aku sudah berada di ruang bk hanya bersama bu arum. Berdua saja, catat!

Sebenarnya aku senang bisa berbincang dengan beliau. Bahkan ini lah waktu yang ku tunggu tunggu selama ini. Tapi kenapa malah gerogi, degdegan dan jadi salah tingkah. Udah seperti bertemu dengan gebetan saja.

"Malah diam!" Bu arum semakin jengkel karena ulahku yang diam saja.

Bayangkan saja sedari tadi bertemu digerbang sekolah sudah bete wajahnya. Aku memohon agar bisa berbicara dengan bu arum sebentar. Beliau mengiyakan permintaanku hingga akhirnya bisa berbincang di ruang bk ini. Walaupun sedari tadi aku tidak membuka suara.

"Baiklah, silahkan keluar jika tidak saya kurangi point kamu!"

"Jangan jangan bu! Baik baik bu, sa saya akan bercerita,"

"Waktu kamu tinggal lima menit!" Tegas bu arum.

Ya Allah lancarkan lah kata perkata yang keluar dari mulutku. Aamiin.

"Ehh sa saya anu bu . . Saya itu . . Apaan si!" Aku merasa semakin tidak jelas.

"Anu, itu, yang bener ngomongnya!" Bantah bu arum mulai emosi.

"Saya frustrasi bu!" Sahutku tiba tiba begitu cepat.

"Frustrasi, kenapa?"

"Semenjak ibu saya meninggal saya frustasi," ucapku apa adanya. Bu arum mulai berubah raut wajahnya, bahkan beliau melepaskan kaca matanya.

"Beliau meninggalkanku secara tiba tiba. Sebuah insiden yang tidak bisa aku terima. Seluruh pihak yang bersangkutan seakan akan menutupi kasus tersebut. Dan sampai sekarang aku tidak bisa tenang bu," ucapku melemah. Aku mengingat kembali kejadian buruk yang membuatku kehilangan kasih sayang seorang ibu.

"Sebuah insiden? Bisa kamu cerita--"

Tet! Tet! Tet!

Aggrrr! Kenapa cepat sekali bel masuknya.

"Sudah bel masuk. Sayang sekali kamu harus segera kembali ke kelas. Lain kali kamu bisa melanjutkan ceritanya lagi ke saya."

"Baik bu. Kalau begitu saya permisi pa--"

"Oh iya nama kamu siapa? Saya hanya tahu nama panggilan kamu saja," ucap bu arum sebelum aku beranjak pergi.

"Kalisa putri aji aining," ucapku mempertegas kata perkata. Aku sempat melihat ekspresi bu arum yang sedikit shock. Sebelum akhirnya aku meninggalkan ruang bk tersebut.

Misi Kalisa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang