Part 34 Yang Belum Usai

4K 347 3
                                    

Anindya POV

"Eh? Ini HP Mas Ares?" Aku mengambil ponsel yang tergeletak di nakas tersebut.

"Dia udah sampe atau belum, ya?"

"Apa mending disusulin aja? Takutnya ada telepon penting."

Aku mengambil cardigan lalu mengenakannya. Tak lupa aku mengunci pintu sebelum itu.

Bermaksud akan mencari tukang ojek, malah sebuah mobil yang menepi. Kaca mobil itu perlahan turun, menampakkan wajah Mas Fredy.

"Mau ke mana?" Ia sedikit mencondongkan tubuhnya untuk melihatku.

"Aku ... ke rumah sakit."

"Biar saya antar," tawarnya.

"Gak usah Mas. Aku bisa naik ojek," tolakku halus.

"Mendung. Nanti kalo hujan gimana?"

"Ya ... mendung 'kan bukan berarti hujan." Aku nyengir kuda, membuatnya tampak berdecak kesal.

"Itung-itung hemat ongkos."

Benar juga apa yang dikatakannya. Kalau dipikir-pikir, lumayan jauh ke rumah sakit. Dan ongkosnya pun terbilang mahal kalau naik ojek. Tapi aku malu kalau langsung bilang mau.

"Gak apa-apa. Mas Fredy 'kan sibuk."

"Saya ... gak sibuk."

"Masuk!" titahnya setelah membuka pintu penumpang depan dari dalam. Aku mengangguk kecil dan masuk.

"Memangnya siapa yang sakit? Ares ke mana? Kok dia gak anter kamu?" Dari nada bicaranya terdengar sedikit sinis.

"Seharusnya dia lebih mementingkan kamu daripada kerjaan."

"Mas Ares di rumah sakit, HP-nya dia ketinggalan. Jadi ... aku mau nganterin, takut ada telepon penting. Yang sakit itu kak Idwan, temannya Mas Ares," jelasku dengan nada yang rendah.

Kenapa Mas Fredy malah nyinyir seperti netizen? Apa mungkin dia itu admin salah satu akun gosip?

"Nyusahin," umpatnya yang masih bisa aku dengar.

Nah, apa aku bilang?! Sepertinya memang iya. Jujur saja aku merasa kesal dan tidak suka atas tindakan Mas Fredy yang terkesan berlebihan. Sebenarnya dia itu mengkhawatirkanku atau hanya ingin mengolok-olok Mas Ares saja? Kalau bukan kakak iparku ... ingin rasanya aku menyentil manis bibir itu.

Sisa perjalanan kami habiskan dalam hening. Namun, aku heran. Kenapa Mas Ares dinikahkan, sedangkan kakaknya saja belum? Dan apakah Mas Fredy belum punya calon atau pacar? Mulut netizenku rasanya menggeliat gatal ingin menanyakan hal tersebut. Namun, mati-matian aku menahan. Atau mungkin ... sebenarnya dia yang akan dijodohkan denganku pada awalnya, hanya saja dia menolak? Bisa jadi seperti itu.

Usai melewati empat lampu merah, akhirnya kami sampai.

"Biar saya temani sampai ke dalam," tawarnya. Aku tidak bisa menolak niat baiknya itu dan balas mengangguk.

Aku berjalan masuk didampingi Mas Fredy. Langkahku terhenti melihat Mas Ares tampak mengobrol bersama dokter Dilah. Namun, sebelum sempat aku menghampiri, Mas Ares terlebih dahulu pergi. Sepertinya aku kurang cepat.

Cinta Guru Agama (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang