Anindya POV
Aku terbangun pukul setengah sembilan, yang artinya ... sangat kesiangan.
Aku melirik Mas Ares sudah tidak ada di tempatnya. Mungkin dia sudah pergi ke sekolah. Aku sendiri? Tentu saja tengah menikmati masa libur. Aku hanya tinggal menunggu ijazah dan SHUN.
Perlahan aku menuruni ranjang. Entahlah tubuhku rasanya tidak sedang sehat.
Aku melangkah gontai menuju kamar mandi. Tidak begitu lama aku membersihkan diri.
"Lapar." Perutku seketika mengeluarkan bunyi.
Aku melangkah mendekati meja makan. Di sana hanya ada nasi goreng. Mungkin Mas Ares yang membuatkannya tadi sebelum berangkat. Nasi itu ... sudah keras. Aku mendesah panjang dan duduk di kursi.
Suara deru mesin mobil membuatku lantas bangkit. Aku coba berlari kecil ke depan lalu sedikit mengintip melalui celah gorden.
"Mas Fredy?"
"Assalamualaikum?" Dia mengetuk pintu.
Aku sedikit menjauhi pintu, baru menyahut salamnya. "Waalaikumsalam."
Bukan apa-apa, hanya saja takut ketahuan kalau aku baru saja mengintip.
Aku berjalan dan membukakan pintu untuknya.
"Mas Fredy ada perlu apa? Nyari Mas Ares? Tapi dia udah berangkat ke sekolah," ucapku beruntun.
"Kebetulan saya lewat sini. Saya mau numpang ke toilet. Apa boleh?"
"Oh, boleh. Masuk Mas," sambutku.
Mas Fredy langsung membuka sepatunya dan melesat ke kamar mandi. Sepertinya memang urgent sekali.
Aku duduk di sofa dan menyalakan televisi. Acara masak membuatku tergiur akan olahan mereka.
"Kamu udah makan?" Suara itu membuatku sedikit terhenyak.
"Kenapa? Kaget cuma gara-gara pertanyaan begitu?" kikiknya.
"Eh, hm ... iya." Aku mungkin terlalu fokus pada acara masak itu sehingga ditegur sedikit saja merasa terkejut.
"Mau temani saya makan, ya?" ajaknya.
"Aku ... udah makan kok," kilahku.
Namun, suara perut itu membuatku malu setengah mati. Dalam hati aku merutuki diri atas ketidaksopanan tersebut.
"Ini udah siang. Gak baik buat kesehatan," ujarnya.
"Iya Mas ...," lirihku.
"Nanti kalau kena magh, baru deh menyesal."
"Iya Mas ...."
"Matikan TV-nya, saya tunggu di mobil."
"Hm ... biar aku ganti pakaian dulu, ya?" Aku coba menatapnya memohon.
Yang benar saja aku mengenakan celana training dan kaos oblong begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Guru Agama (TAMAT)
Fiksi RemajaReswara adalah seorang guru Pendidikan Agama Islam yang dijodohkan dengan Anindya---gadis yang tak lain merupakan anak didiknya sendiri. Keduanya tidak bisa menolak perjodohan tersebut dan harus menerima dengan lapang dada. Namun, bisakah cinta tumb...