Part 31 Ngidam?

5.5K 374 7
                                    

Reswara POV

"Mas kenapa? Sakit?" tanya Inda ketika melihatku hanya berbaring seharian.

"Nggak tau. Mungkin iya." Aku masih telungkup dengan mata yang terpejam. Entahlah rasanya seharian ini aku merasa kurang enak badan.

Inda duduk di kepala ranjang. Tangannya terulur mengecek keningku.

"Tapi gak panas," gumamnya.

"Mas gak apa-apa kok."

"Tapi dari pagi belum makan. Ini udah mau jam dua sore loh," ingatnya.

Tiba-tiba terdengar suara klenting mangkuk.

"Bakso bakso ...!" seru sang pedagang.

"Bakso enak tuh kayaknya." Inda menatapku dengan kening yang mengernyit.

"Mas mau bakso?"

"Iya."

"Sebentar deh, aku beliin," ujarnya lalu beranjak.

"Eh, tapi Mas Ares mandi dulu. Aku gak akan beliin kalau Mas gak mandi," gerutunya sambil berlalu.

Benar juga. Salat subuh tadi, aku hanya mengambil wudhu. Dengan ogah-ogahan aku menuruni magnet terkuat dari muka bumi itu, melesat secepat siput menuju kamar mandi. Namun, ingatan tentang 'bakso menunggu' itu membuatku kian melangkah secepat kilat.

Bergegas aku membersihkan diri lalu keluar hanya mengenakan boxer dan menyampirkan handuk di pundak. Melihat Inda duduk bersama bakso milikku, membuat langkahku berbelok ke arah meja makan.

"Ih, pake baju dulu sana!" geramnya.

"Lapar." Langsung saja aku menarik mangkuk itu ke hadapanku.

"Ih, kok makan sendiri?" Inda mengerucutkan bibirnya.

"Kamu kenapa gak beli?"

"Abangnya udah pergi. Tadinya gak mau, tapi ... dipikir-pikir mau."

"Makan berdua mau?"

"Hm?" Kedua alisnya terangkat.

"Mau gak? Kalau nggak ya udah Mas habisin."

"Eh mau kok." Ia menarik kursi untuk lebih dekat denganku.

"Mau pake nasi?" tawarnya.

"Gak usah."

"Mas 'kan belum makan. Aku ambilin." Inda mengambil nasi dan aku hanya bisa berpasrah.

"Suapin!" pintaku. Sesaat matanya membola kemudian mengerjap.

"Ada tangan, 'kan?" Ia mengulas senyuman terpaksa.

"Ada."

"Makan sendiri!"

"Tapi maunya disuapin." Aku memasang tampang memelas.

"Ya udah gak jadi makan." Aku hendak beranjak, tetapi ditahannya.

"Iya udah iya. Duduk!"

Cinta Guru Agama (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang