Part 38 Pengakuan

4K 349 6
                                    

Anindya POV

Perutku tidak terasa sudah semakin membuncit. Ya ... walau masih hamil muda, tak jarang aku merasakan kesemutan di sekitaran betis.

"Pelan-pelan, Mas," desisku ketika Mas Ares terasa sedikit keras memijit.

"Maaf."

"Apa masih sakit?" tanyanya.

"Sekarang udah mendingan. Hmm ... maaf ya, aku ngerepotin Mas terus," ujarku merasa tak enak hati.

"Gak apa-apa. Gak setiap saat juga, 'kan?" Ia tersenyum.

"Ya tapi hampir setiap hari."

"Nanti kita konsultasi sama dokter ya," gumamnya.

"Iya. Makasih ya Mas."

"Sama-sama Sayang. Demi buah hati kita." Mas Ares merangkul pundakku.

"Mas?"

"Kenapa? Sakit lagi?" Ia menatapku khawatir.

"Mau kebab," cengirku membuatnya menggeleng-geleng kepala.

"Mas kira sakit lagi kakiknya. Oke, sebentar." Mas Ares mengecup keningku singkat lalu beranjak. Dia langsung saja bersiap pergi.

Sepeninggalan Mas Ares, aku berbaring dan menyalakan televisi. Mencari-cari acara yang seru, tapi ternyata yang ada hanya acara gosip seputar selebriti. Aku matikan kembali dan iseng-iseng memejamkan mata beberapa saat.

Tidak lama dari itu terdengar suara pintu, disertai salam.

"Assalamualaikum?"

"Waalaikumsalam." Aku langsung bangkit dan memburu Mas Ares.

"Eh, pelan-pelan jalannya!" Suaranya mengagetkanku. Sontak aku memperlambat jalan ke arahnya.

"Nah gitu dong. Mas 'kan ngeri lihat kamu lari-lari begitu," leganya.

"Ya abisnya aku mau kebabnya. Udah gak sabar pingin makan."

"Sabar ... pelan-pelan, sambil duduk makannya."

Mas Ares menuntun tanganku kembali ke arah sofa. Ia menyuruhku duduk perlahan lalu memberikan kebab yang aku minta. Langsung saja aku melahapnya. Hm ... rasanya, ah mantap.

"Mas kok gak makan?" tanyaku.

"Nggak. Buat kamu aja. Lihat kamu makan juga udah kenyang," kikiknya.

"Pelan-pelan makannya, sampai belepotan tuh."

"Nih, tisu." Mas Ares menyodorkan tisu ke arahku.

Aku pikir akan dibersihkannya. Romantis seperti yang aku lihat di drama-drama atau ftv pagi.

"Kenapa?" Kedua alisnya mengernyit ketika aku malah mencondongkan wajah ke arahnya.

"Mas yang bersihin. Biar romantis," cengirku.

"Manjanya nambah ya," cibirnya.

"Biarin. Sama suami sendiri ’kan manjanya?"

"Iya Sayang iya ...."

"Asal jangan ngidamnya yang aneh-aneh."

"Hm ... memangnya ... ngidam apa yang aneh?"

"Ya ... apa aja yang nggak masuk akal. Naik pesawat UFO misalnya," kekeh Mas Ares

"Aku usahakan, kalau nggak minta aneh-aneh dedeknya," sahutku seraya tertawa kecil.

"Ngidam itu sebenarnya bukan bawaan janin loh," ucapnya membuat kedua alisku bertautan.

Cinta Guru Agama (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang