Reswara POV
Aku berjalan mengiringi Inda. Atas keinginannya, Inda mantap mengundurkan diri dari kampus. Sebenarnya ada rasa bersalah juga karena aku terburu-buru ingin memiliki anak. Ya ... mau bagaimana lagi? Aku sudah beranjak tua.
"Bajunya lucu," gumamnya seraya memasuki toko baju tersebut.
Kini kami sedang berada di pusat perbelanjaan. Entahlah, mungkin Inda tengah ngidam belanja.
"Silakan Kakak, ada yang perlu saya bantu?" tanya salah seorang pramuniaga.
"Hmm ... lihat-lihat baju model begini, ada?" tunjuk Inda pada salah satu long dress.
"Ada Kak. Kita ada beberapa macam warna, mari," ajaknya membuat Inda menyunggingkan senyuman lebar. Aku hanya bisa ikut tersenyum melihat tingkah lakunya.
"Ini pilihan warnanya, silakan," ujarnya ramah.
Inda semakin tersenyum girang. Aku duduk di bangku dan membuka ponsel. Tidak ada yang aneh selain ramainya grup kelas.
"Mas?" tegur Inda membuatku mengalihkan pandang ke arahnya.
"Kenapa?"
"Aku bingung pilih warna apa. Semuanya lucu-lucu," gumamnya.
"Dicobain satu-satu aja. Nanti tinggal lihat yang mana yang cocok banget sama kamu," saranku.
"Yah ... kirain bakal disuruh beli semuanya," kikiknya.
"Gak boleh mubazir uang. Nanti lihat model lain ... pasti mau juga, ’kan?"
"Hehehe ... iya." Inda pergi ke kamar pas ditemani pramuniaga tadi.
Sedangkan aku kembali bermain ponsel. Aku yang merasa sedikit bosan, akhirnya memutuskan untuk membuka aplikasi game. Lumayan lah untuk mengusir jenuh.
Beberapa saat sudah berlalu, tetapi Inda masih belum selesai mencoba. Alisku bertaut melihat pramuniaga yang bersama Inda tadi justru tampak melayani orang lain. Aku beranjak mendekati wanita tersebut.
"Maaf Mbak, perempuan yang baju biru tadi ke mana?" tanyaku penasaran.
"Ah, Kakak itu masih di kamar pas. Dia ketemu temannya tadi," jawabnya singkat lalu beralih pada pelanggan lain.
"Makasih Mbak."
"Sama-sama."
Aku bergegas menuju kamar pas, dan berhenti tak jauh dari sana. Putri? Aku kira Inda bertemu Titi. Karena penasaran, aku sedikit mendekat di balik rak gantung kaus.
"Lo ... gemukan, ya?" Suara Putri bisa aku dengar jelas.
"Hmm ... masa sih?" Inda tampaknya berusaha tenang.
"Iya. Kayak orang yang lagi hamil," celetuk Putri.
"Ha-hamil? Gue gak hamil kok," kilah Inda.
Aku tidak merasa kecewa atas jawabannya tersebut. Justru aku malah merasa khawatir Putri akan terus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan serupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Guru Agama (TAMAT)
Fiksi RemajaReswara adalah seorang guru Pendidikan Agama Islam yang dijodohkan dengan Anindya---gadis yang tak lain merupakan anak didiknya sendiri. Keduanya tidak bisa menolak perjodohan tersebut dan harus menerima dengan lapang dada. Namun, bisakah cinta tumb...