Reswara POV
Aku menatap wajah Inda yang masih terlelap dalam tidurnya.
Jemariku terulur, membenahkan surai rambutnya. Ia sedikit terusik, akan tetapi matanya masih enggan terbuka.
"Bangun ... udah subuh," gumamku sambil mencolek-colek pipinya.
"Hmm ... sebentar," manjanya sambil menepis pelan tanganku.
"Mandi yuk," ujarku membuatnya membolakan mata seketika.
"Ih dasar mesum!" geramnya sambil memukul pundakku.
"Loh, kamu aja mungkin yang pikirannya ke sana," kekehku.
"Mandi sana cepet." Aku terus mengganggunya.
"Mas aja duluan, nanti aku." Inda malah membelakangiku.
"Ya udah." Aku menyerah dan beranjak menuju kamar mandi.
Di ruang tengah, aku melihat dua cangkir teh. Mungkin itu buatan Inda semalam. Aku malah duduk dan meminum teh dingin itu. Manisnya kalah sama Inda.
"Katanya mau mandi," cibirnya seraya menyembulkan kepala di pintu kamar.
"Haus."
"Aku duluan deh mandinya," gumamnya sambil berjalan melewatiku.
Aku perhatika cara berjalannya sedikit berbeda. Bahkan seperti merayap pelan.
"Kamu ... sakit?" tanyaku khawatir.
Ia menoleh dan melotot. Pipinya tampak merona. Memangnya apa yang salah dengan pertanyannku?
"Hmm ... sedikit," cicitnya.
"Gak usah masuk sekolah dulu ya, nanti Mas bilangin sama Titi atau Siska."
"Jangan bilang-bilang! Aku malu ...," cicitnya.
"Malu kenapa? Mas bilang kamu sakit. Itu saja." Aku berjalan mendekatinya.
"Kirain bilang itu," bisiknya.
"Apa?"
"Eh, nggak. Aku gak apa-apa."
Dia berjalan, tetapi malah terlihat meringis.
"Maafin Mas, ya. Mungkin semalam--"
"Jangan bahas itu!" Suaranya sedikit membuatku terjengit. Aku terkejut sekali.
"Mas minta maaf--"
"Jangan bahas itu ...!" cicitnya seraya menekuk wajah masam.
"Kenapa?"
"Aku ... malu." Inda menutup wajahnya.
"Lucu sekali istriku ini," godaku membuatnya keras memukul lenganku.
"Sakit Inda."
"Abisnya ngeselin sih jadi orang," geramnya.
"Iya maaf. Tapi kamu gak usah dulu sekolah ya."
"Memangnya gak apa-apa?"
"Nggak. Mas bilang kamu sakit. Lagian 'kan udah beres ujiannya. Di sekolah juga palingan wifi," cibirku membuatnya tersenyum malu.
"Ya udah iya."
"Nah gitu dong." Aku mengecup dahinya.
"Ih ... apaan sih?" Ia mengerucutkan bibirnya.
"Atau ... Mas juga perlu izin?"
"Ngapain? Udah sana mandi!" geramnya.
"Iya." Aku melenggang ke kamar mandi, sedangkan Inda tampak menuju sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Guru Agama (TAMAT)
Teen FictionReswara adalah seorang guru Pendidikan Agama Islam yang dijodohkan dengan Anindya---gadis yang tak lain merupakan anak didiknya sendiri. Keduanya tidak bisa menolak perjodohan tersebut dan harus menerima dengan lapang dada. Namun, bisakah cinta tumb...