Part 28 Testpack

4.9K 385 1
                                    

Anindya POV

"Mau ke mana?" tegur Mbak Liana membuatku sedikit terkesiap.

Aku dan Mas Ares masih menginap di rumah ayah. Namun, Mas Ares disibukkan dengan pekerjaannya.

"Hm ... keluar sebentar."

"Biar Mbak temani," tawarnya.

"Gak usah. Mbak jaga ayah aja. Aku ... aku biar sendiri."

"Kuliahmu kapan dimulai?"

"Nanti Januari," sahutku.

"Kalau begitu, Inda pergi dulu, Mbak. Assalamualaikum?"

"Waalaikumsalam."

Aku pergi ... menuju apotek. Berencana membeli alat check kehamilan. Namun, aku merasa takut bertemu orang yang aku kenal di sana. Bahkan bisa saja bertemu guru SMA. Dan mereka ... tentu saja akan menganggapku hamil di luar nikah karena membeli barang itu.

Aku memelankan jalanku, terus bermain jemari. Apa sebaiknya aku pulang lagi saja?

Langkahku terhenti. Ternyata aku berpikir sampai depan apotek.

"Beli? Jangan?" Aku terus saja kebingungan.

"Hhah ...." Aku mengembuskan napas panjang.

Melihat keadaan yang sepertinya aman ... lantas aku bergegas masuk.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" tanya sang apoteker.

"Saya ... beli ... testpack ... ada?" Bicaraku berantakan.

"Ada." Dia menunjukkan dua benda yang berbeda.

Satu bentuknya seperti termometer, dan satunya lagi seperti kertas panjang.

"Yang ini lebih mahal," tunjuknya pada benda berwujud termometer tersebut.

"Ini saja," balasku menunjuk yang satunya.

Setelah membayar, aku bergegas pulang. Bahkan aku sampai tidak sadar sudah berlari.

"Hhah ... hhah ... hhah ... capek ...." Aku bersandar pada pilar rumah.

"Kamu habis lari? Kok gak pake sepatu?" bingung Mbak Liana yang kini berada di hadapanku.

"I-iya. Tadinya niat jalan-jalan aja. Tapi aku rasa kepingin lari," jawabku asal.

"Ooohh."

"Aku ke dalam dulu, haus."

Aku hendak berjalan melewati Mbak Liana. Namun, kakiku malah tersandung, membuat benda persembunyianku terlepas dari persembunyian. Benda itu jatuh dari dalam bajuku.

Mataku terbelalak, lain halnya Mbak Liana yang justru mengernyit. Dia mengambil benda itu dan .... "Kalau bawa barang itu hati-hati," pesannya sambil menyodorkan.

Aku mendesah lega. Untung Mbak Liana tidak membuka kresek hitam itu.

"Iya, Mbak, makasih." Aku langsung berjalan ke dalam.

Cinta Guru Agama (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang